Menentukan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik serta Struktur Cerita Rakyat Hikayat Dongeng Legenda Mitos dan Fabel

Artikel ini akan membahas tentang bagaimana cara menentukan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik sebuah karya sastra berupa cerita rakyat baik itu berupa cerita hikayat, dongeng, mitos, fabel, maupun legenda. Selain itu, kita juga akan membahas analisis struktur teks dari cerita rakyat tersebut. Secara umum, cerita rakyat (dongeng, mitos, legenda, hikayat dan fabel) memiliki kesamaan di dalam bentuk penulisan unsur-unsur yang membentuk ceritanya, serta kesamaan dalam bentuk struktur penulisan teks ceritanya. Oleh karena itu, kita akan membahas cara menentukan unsur intrinsik dan ekstrinsik serta cara menentukan struktur teks cerita  dongeng, mitos, legenda, hikayat dan fabel secara bersamaan.

Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik Cerita Rakyat

1. Jenis-Jenis Cerita Rakyat dan Perbedaannya

Cerita rakyat menjadi bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki setiap bangsa. Begitu juga dengan Indonesia, jika digali dengan sungguh-sungguh, negeri kita sebenarnya memiliki cerita rakyat yang menarik.

1.1 Pengertian Cerita Rakyat

Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut. Dahulu, cerita rakyat diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya secara lisan.

Pada umumnya cerita rakyat mengisahkan tentang kejadian berbagai hal, seperti kejadian alam semesta.  Adapun tokoh-tokoh dalam cerita rakyat biasanya ditampilkan dalam berbagai wujud baik berupa binatang, manusia maupun dewa, yang kesemuanya disifatkan sebagai manusia.

Cerita rakyat sangat digemari oleh masyarakat karena dapat dijadikan sebagai suri tauladan, pelipur lara, serta bersifat jenaka. Selain itu cerita rakyat juga mengandung ajaran budi pekerti atau pendidikan moral dan hiburan bagi masyarakat.

1.2 Jenis Jenis Cerita Rakyat

Dalam pelajaran bahasa Indonesia setidaknya ada 5 macam jenis cerita rakyat yang masing-masing memiliki perbedaan tetapi ada kesamaan di dalamnya. Untuk lebih jelasnya berikut perbedaan antara dongeng, legenda, mitos, fabel dan hikayat:

1.2.1 Hikayat

Hikayat dapat diartikan sebagai sebuah karya sastra lama melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-gundang, silsilah raja-raja yang sifatnya rekaan, biografis, historis, atau gabungan dari semuanya. Ciri-ciri hikayat diantaranya yaitu isi cerita berkisar pada tokoh-tokoh raja dan keluarganya (istana sentris). Hikayat bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang tidak sama dengan logika umum, ada juga yang menyebut fantastis. Hikayat menggunakan banyak bahasa kiasan. Banyak kata-kata yang sulit dipahami dan struktur kalimatnya tidak efektif.

1.2.2 Fabel

Fabel adalah sebuah cerita yang menceritakan kehidupan hewan yang berprilaku seperti manusia. Fabel merupakan cerita fiksi atau khayalan belaka alias fantasi.

1.2.3 Legenda

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita tersebut. Biasanya legenda kerap dijadikan sebagai sejarah kolektif.

1.2.4 Dongeng

Dongeng adalah bentuk sastra lama yang menceritakan tentang suatu kejadian luar biasa yang penuh dengan khayalan (fiksi) dan dianggap tidak benar-benar terjadi. Fungsi dongeng adalah untuk menyampaikan pesan moral atau mendidik dan menghibur.

1.2.5 Mitos

Mitos adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan suatu kisah yang berlatarbelakang masa lalu. Mitos juga sering diartikan sebagai cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara ghaib.

2. Cara Menentukan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerita Rakyat (Hikayat, Fabel, Dongeng, Mitos, dan Legenda)

Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang dimaksud ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti: tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan pelataran, serta sudut pandang pusat pengisahan. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.

2.1 Unsur Intrinsik Cerita Rakyat (Hikayat, Fabel, Dongeng, Mitos dan Legenda)

Unsur intrisnik sebuah cerita rakyat biasanya terdiri dari tema, latar (setting), alur (plot), tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat (koda). Berikut ulasan lengkap unsur intrinsik pembentuk cerita.

2.1.1 Tema

Tema adalah sesuatu yang menjadi pokok masalah/pokok pikiran dari pengarang yang ditampilkan dalam karangannya. Tema merupakan persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema mayor adalah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor adalah tema yang tidak menonjol.

2.1.2 Tokoh dan Penokohan

a. Pembagian Peran Tokoh Cerita

Tokoh merupakan pihak-pihak yang berperan sebagai pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Selain tokoh utama, biasanya terdapat beberapa tokoh pembantu atau tokoh sampingan. Peran tokoh pembantu atau tokoh sampingan umumnya tidak terlalu diperlihatkan dalam sebuah cerita.

b. Jenis Percakapan Antar Tokoh Cerita

Percakapan antar tokoh cerita dapat dibedakan menjadi dialog, dualog dan monolog. Dialog merupakan percakapan antara seorang tokoh dengan banyak tokoh. Dualog ialah cakapan antara dua tokoh saja. Monolog ialah cakapan batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang terjadi. Solilokui adalah bentuk cakapan batin terhadap peristiwa yang akan terjadi.

c. Cara Menuliskan Watak Tokoh Cerita

Untuk menulisakan watak yang dimiliki oleh tokoh cerita, dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu analitik, dramatik dan campuran.

Cara analitik adalah cara penampilan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang. Jadi pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara langsung. Pengarang langsung menceritakan watak tokoh secara analitik.

Contoh: Siapa yang tidak kenal Pak Yono yang lucu, periang, dan pintar. Meskipun agak pendek justru melengkapi sosoknya sebagai guru yang diidolakan siswa. Dia Lucu dan penyanyang.

Cara dramatik adalah pengarang melukiskan watak tokoh secara tidak langsung tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh dalam suatu cerita. Watak tokoh dapat ditampilkan melalui tempat tinggal, lingkungan, percakapan/dialog antartokoh, perbuatan, fisik dan tingkah laku, komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu, serta melalui jalan pikiran tokoh.

Contoh: Begitu memasuki kamarnya, Yuni pelajar kelas 1 SMA itu langsung melempar tasnya ke tempat tidur dan membaringkan dirinya tanpa melepaskan sepatu terlebih dahulu. (tingkah laku tokoh)

Cara campuran adalah gabungan antara cara analitik dan dramatik. Pelaku dalam cerita dapat berupa manusia, binatang, atau benda-benda mati yang diinsankan.

d. Penokohan atau Watak Tokoh Cerita

Penokohan atau watak tokoh dalam cerita biasanya terdiri dari  tokoh antagonis, protagonis dan tritagonis.

  • Tokoh antagonis

Tokoh antagonis adalah tokoh yang berfungsi menentang pelaku protagonis (penipu, pembohong dll).

  • Tokoh protagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang memegang watak tertentu yang membawa ide kebenaran.(jujur, setia, baik hati dll).

  • Tokoh tritagonis

Tokoh Tritagonis adalah tokoh yang dalam cerita sering dimunculkan sebagai tokoh ketiga yang biasa disebut dengan tokoh penengah.

e. Mebedakan Penokohan Karakter Tokoh Cerita

Penokohan atau perwatakan ialah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh. Penokohan dalam cerita hikayat biasanya bersifat hitam dan putih, artinya tokoh yang baik biasanya selalu baik dari awal hingga akhri cerita, tokoh baik memiliki wajah yang sempurna dan tokoh jahat memiliki tampang yang sesuai dengan karakternya.

Dari segi karakter yang dimiliki, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat (round character). Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu sifat, misalnya baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai sifat baik dan sifat buruknya, maupun kelebihan dan kelemahannya. Jadi ada perkembangan dan perubahan karakter yang terjadi pada tokoh tersebut pada awal hingga akhir cerita.

Dari segi kejiwaan yang dimiliki, tokoh dibedakan menjadi tokoh introvert dan ekstrovert. Tokoh introvert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonis dan antagonis. Protagonis ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifatsifatnya.

2.1.3 Alur dan Pengaluran

a. Jenis-Jenis Alur Cerita

Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu bulat dan utuh. Pengaluran sebuah cerita biasanya dilakukan berdasarkan urutan waktu. Berdasarkan urutan waktunya, alur terdiri atas beberapa jenis yaitu alur maju, alur mundur dan alur campuran.

  • Alur maju

Alur Maju adalah peristiwa peristiwa diutarakan mulai awal sampai akhir/masa kini menuju masa datang.

  • Alur mundur

Alur Mundur/Sorot Balik adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih dahulu/masa kini, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok melalui kenangan/masa lalu salah satu tokoh.

  • Alur campuran

Alur Campuran adalah peristiwa-peristiwa pokok diutarakan. Dalam pengutararaan peristiwa-peristiwa pokok, pembaca diajak mengenang peristiwa-peristiwa yang lampau,kemudian mengenang peristiwa pokok (dialami oleh tokoh utama) lagi.

b. Pengaluran cerita

Pengaluran, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan alur. Pengaluran cerita dapat dibedakan menurut kualitasnya, kuantitasnya, dan urutan waktu.

Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longggar. Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan adanya pencabangan cerita. Alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita.

Menurut jumlah alurnya, pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra. Alur ganda ialah alur yang lebih dari satu dalam karya sastra.

Berdsarkan urutan waktu, pengaluran dibedakan kedalam alur lurus dan tidak lurus. Alur lurus ialah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah alur yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir cerita (alur maju dan alur mundur). Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik (backtracking), sorot balik (flashback), atau campauran keduanya (alur campuran).

b. Struktur Rangkaian Alur Teks Cerita

Teks cerita baik itu novel, cerpen, maupun cerita rakyat seperti hikayat, fabel, dongeng, mitos, dan legenda termasuk dalam kategori cerita ulang. Sehingga, baik teks cerita inspiratif cerita rakyat ataupun novel memiliki struktur teks yang sama, yakni: orientasi, pengungkapan peristiwa, konflik, komplikasi, evaluasi, dan koda. Berikut adalah struktur teks cerita menurut Tim Kemdikbud 2017.

  • Pengenalan situasi cerita (orientasi, exposition)

Pada bagian ini, penulis mulai memperkenalkan latar belakang baik waktu, tempat, maupun lokasi dan awal mula kejadian atau peristiwa. Tokoh dan hubungan antartokoh juga mulai diperkenalkan dengan cara yang sesuai dengan kebutuhannya.

  • Pengungkapan peristiwa

Bagian ini mengungkapkan peristiwa atau kejadian awal yang berpotensi menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, atau kesukaran yang menghadang tokoh, terutama tokoh utama (protagonis).

  • Konflik (rising action)

Disini terjadi peningkatan masalah, pertikaian atau peristiwa lainnya yang menyebabkan kesukaran tokoh ikut meningkat pula.

  • Puncak konflik (komplikasi)

Merupakan bagian yang paling mendebarkan, menghebohkan dan memuncak dari masalah, pertikaian atau peristiwa lainnya yang dihadapi oleh para tokohnya.

  • Penyelesaian (resolusi)

Jika tidak diikuti oleh koda, biasanya bagian ini adalah akhir dari cerita (ending) yang berisi pengungkapan bagaimana tokoh utama dan tokoh lainnya menyelesaikan berbagai permasalahan yang menimpanya. Terkadang dapat melalui penjelasan maupun penilaian terhadap nasih dan sikap yang dialami oleh tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa.

Secara singkat, rangkaian alur cerita dapat dituliskan seperti berikut:

  • Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.
  • Tikaian, yaitu terjadi konflik di antara tokoh-tokoh pelaku.
  • Gawatan atau rumitan, yaitu konflik tokoh-tokoh semakin seru.
  • Puncak, yaitu saat puncak konflik di antara tokoh-tokohnya.
  • Leraian, yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai terungkap.
  • Akhir, yaitu seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.

2.1.4 Latar dan Pelataran Sebuah Cerita

a. Latar

Latar biasa disebut juga setting. Latar (setting) adalah sesuatu atau keadaan yang melingkupi pelaku dalam sebuah cerita. Misalnya tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Macam-macam latar cerita yaitu latar tempat, latar waktu dan latar suasana:

  • Latar tempat

Latar tempat adalah latar dimana pelaku berada atau cerita terjadi (di sekolah, di kota, di ruangan dll)

  • Latar waktu

Latar waktu adalah kapan cerita itu terjadi ( pagi, siang,malam, kemarin, besuk dll)

  • Latar suasana

Latar suasana adalah dalam keadaan dimana cerita terjadi. (sedih, gembira, dingin, damai, sepi dll)

b. Pelataran

Pelataran cerita ialah teknik atau cara-cara menampilkan latar. Teknik penampilan latar atau setting bisa dilakukan berdasarkan latar material dan sosial.

Latar material yaitu lukisan latar belakang alam atau lingkungan di mana tokoh tersebut berada.

Latar sosial merupakan lukisan tatakrama, tingkah laku, adat istiadat dan pandangan hidup tokoh cerita.

2.1.5 Sudut Pandang (Point of view)

Point of view yaitu posisi pencerita dalam mengisahkan suatu cerita. Pencerita di sini adalah pribadi yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita. terdapat dua jenis sudut pandang cerita yaitu pencerita sebagai orang pertama dan pencerita sebagai orang ketiga.

a. Sudut pandang orang pertama

Sudut padanang orang pertama adalah pengarang berfungsi sebagai pelaku yang terlibat langsung dalam cerita, terutama sebagai pelaku utama. Sudut pandang orang pertama biasanya menggunakan kata (aku, saya, kata ganti orang pertama jamak: kami, kita). Sebagai orang pertama, pencerita duduk dan terlibat dalam cerita tersebut, biasanya sebagai aku dalam tokoh cerita.

b. Sudut pandang orang ketiga

Sudut pandang orang ketiga adalah posisi pengarang berada di luar cerita yang bertindak sebagai orang serba tahu. Penulis menuturkan tokoh-tokoh dari luar, tidak terlibat dalam cerita. Sudut pandang orang ketiga biasanya menggunakan kata (ia, dia, mereka, itu, kata ganti orang ketiga jamak, dan nama-nama lain). Sebagai orang ketiga, pencerita tidak terlibat dalam cerita tersebut tetapi ia duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang serba tahu.

2.1.6. Gaya Bahasa

Dalam sebuah karya sastra, kita mengenal adanya gaya bahasa. Gaya bahasa ini dikenal juga dengan sebutan majas. Tujuan penggunaan gaya bahasa ini adalah untuk membuat pembaca mendapatkan efek tertentu yang bersifat emosional dari apa yang mereka baca.

Secara garis besar, gaya bahasa terbagi menjadi empat macam yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Empat macam-macam gaya bahasa yaitu gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa sindiran, dan gaya bahasa penegasan.

2.1.7 Amanat (Koda)

Amanat adalah pesan/kesan yang dapat memberikan tambahan pengetahuan, pendidikan, dan sesuatu yang bermakna dalam hidup yang memberikan penghiburan, kepuasan dan kekayaan batin kita terhadap hidup.

Amanat merupakan pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi makna niatan/tersirat dan makna muatan/tersurat. Makna niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah makana yang termuat dalam karya sastra tersebut.

Koda merupakan komentar yang membahas kembali isi semua peristiwa dan perilaku tokoh yang terlibat. Terkadang bagian ini memberikan interpretasi amanat, tetapi tidak disarankan. Lebih baik biarkan pembaca menyimpulkannya sendiri. Bagian ini adalah opsional, terkadang koda digunakan untuk membuat semacam teaser untuk buku lanjutannya, dsb.

2.2 Unsur Ekstrinsik Cerita Rakyat (Hikayat, Fabel, Dongeng, Mitos dan Legenda)

Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom, tetapi selalu pasti berhubungan secara ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra, kebudayaan lingkungan, pembaca sastra, serta kejiwaan mereka. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri.

Untuk melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan bantuan ilmu-ilmu lainnya seperti sosiologi, psikologi, filsafat, dan lain-lain. Unsur ekstrinsik cerita biasanya berisi hal-hal seperti:

  • Latar belakang penciptaan, yaitu kapan karya sastra tersebut diciptakan
  • Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan, adalah keadaan masyarakat baik itu ekonomi, sosial, budaya, serta politik pada saat karya sastra diciptakan.

Post a Comment

Luangkan sedikit waktu Anda untuk berkomentar. Komentar Anda sangat bermanfaat demi kemajuan blog ini. Berkomentarlah secara sopan dan tidak melakukan spam.
© Smadgreen. All rights reserved. Developed by Jago Desain