Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat Abu Nawas: Gajah Ajaib

Artikel ini bertujuan untuk menganalisis unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik Hikayat Abu Nawas: Gajah Ajaib. Penulisan analisis artikel dibagi menjadi tiga bahasan. Pertama adalah membahas rangkaian cerita dari hikayat Abu Nawas: Gajah Ajaib. Bahasan kedua menampilkan analisis unsur intrinsik hikayat Abu Nawas: Gajah Ajaib. Bahasan Ketika berupa unsur Ekstrinsik dari hikayat Abu Nawas: Gajah Ajaib.
unsur intrinsik hikayat abu nawas gajah ajaib

Hikayat Abu Nawas: Gajah Ajaib

Abu Nawas sedang berjalan-jalan santai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas bertanya kepada seorang kawan yang kebetulan berjumpa di tengah jalan.

"Ada kerumunan apa di sana?" tanya Abu Nawas
"Pertunjukkan keliling yang melibatkan gajah ajaib."
"Apa maksudmu dengan gajah ajaib?" kata Abu Nawas ingin tahu.

Gajah yang bisa mengerti bahasa manusia, dan yang lebih menakjubkan adalah gajah itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja." kata kawan Abu Nawas menambahkan.

Abu Nawas semakin tertarik. Ia tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan keajaiban binatang raksasa itu.

Kini Abu Nawas sudah berada di tengah kerumunan para penonton. Karena begitu banyak penonton yang menyaksikan pertunjukan itu, sang pemilik gajah dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yang sanggup membuat gajah itu menganggguk-angguk.

Tidak heran bila banyak diantara para penonton mencoba maju satu persatu. Mereka berupaya dengan beragam cara untuk membuat gajah itu mengangguk-angguk, tetapi sia-sia. Gajah itu tetap menggeleng-gelengkan kepala.

Melihat kegigihan gajah itu Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maju untuk mencoba. Setelah berhadapan dengan binatang itu Abu Nawas bertanya,

"Tahukah engkau siapa aku?" Gajah itu menggeleng.

"Apakah engkau tidak takut kepadaku?" tanya Abu Nawas lagi. Namun gajah tetap menggeleng.

"Apakah engkau takut kepada tuanmu?" tanya Abu Nawas memancing. Gajah itu mulai ragu.

"Bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuanmu." lanjut Abu Nawas mulai mengancam. Akhirnya gajah itu terpaksa mengangguk-angguk.

Atas keberhasilan Abu Nawas membuat gajah itu mengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik gajah itu hingga ia memukuli binatang yang malang itu. Pemilik gajah itu malu bukan kepalang. Hari berikutnya ia ingin menebus kekalahannya. Kali ini ia melatih gajahnya mengangguk-angguk.

Bahkan ia mengancam akan menghukum berat gajahnya bila sampai bisa dipancing penonton menggeleng-geleng terutama oleh Abu Nawas. Tak peduli apapun pertanyaan yang diajukan.

Saat-saat yang dinantikan tiba. Kini para penonton yang ingin mencoba, harus sanggup membuat gajah itu menggeleng-gelengkan kepala. Maka seperti hari sebelumnya, banyak para penonton tidak sanggup memaksa gajah itu menggeleng-gelengkan kepala. Setelah tidak ada lagi yang ingin mencobanya, Abu Nawas maju. Ia mengulang pertanyaan yang sama.

"Tahukah engkau siapa daku?" gajah itu mengangguk.

"Apakah engkau tidak takut kepadaku?" gajah itu tetap mengangguk.

"Apakah engkau tidak takut kepada tuanmu?" pancing Abu Nawas. Gajah itu tetap mengangguk karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya daripada Abu Nawas.

Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas.

"Tahukah engkau apa guna balsam ini?" gajah itu tetap mengangguk.

"Baiklah, bolehkah kugosok selangkangmu dengan balsam?" gajah itu mengangguk.

Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binatang itu. Tentu saja gajah itu merasa agak kepanasan dan mulai panik.

Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan itu juga berisi balsam.

"Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan untuk menggosok selangkangmu?" Abu Nawas mulai mengancam. Gajah itu mulai ketakutan. Dan rupanya ia lupa ancaman tuannya sehingga ia terpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil mundur beberapa langkah.

Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan sayembara meruntuhkan kegigihan gajah yang dianggap cerdik.

Ah, jangankan seekor gajah, manusia paling pandai saja bisa dikecoh Abu Nawas.

Unsur Intrinsik Hikayat Abu Nawas: Gajah Ajaib

Tema: Mengecoh Sang Gajah Ajaib
Alur: Alur maju
Latar  Tempat: Di Pasar/Pertunjukan Sirkus Gajah Ajaib
Latar Suasana: Ramai, Membingungkan, Bahagia
Sudut Pandang Pengarang: Diambil dari Orang Ketiga
Amanat:
Jangan menyerah sebelum mencoba sesuatu hal yang membuat penasaran
Gunakanlah berbagai cara untuk menaklukkan hal  yang membuatmu penasaran selama cara yang kamu gunakan adalah cara yang halal.

Unsur Ekstrinsik Hikayat Abu Nawas: Gajah Ajaib

Nilai Moral
Kita harus selalu optimis, percaya diri dalam mencoba suatu hal yang membuat kita penasaran dan kita harus menggunakan berbagai cara/ide untuk menaklukkan hal yang membuat kita penasaran itu selama cara itu halal.

Nilai Religius
Jangan mempercayai kata-kata orang sebelum kita sendiri mengetahui dengan mata kita sendiri. Percayalah pada allah bahwa dialah sumber kebenaran.

Nilai Pendidikan
Kita harus meniru cara abu nawas dalam mengecoh sang gajah ajaib, dia mengandalkan berbagai cara untuk mengecoh gajah itu supaya menuruti permintaan nya (selama cara itu cara yang halal tidak masalah) begitu juga kita sebagai siswa, jangan mudah menyerah pada tantangan yang kita jumpai baik itu pelajaran yang sulit, jangan menyerah sebelum mencobanya.

Post a Comment

Luangkan sedikit waktu Anda untuk berkomentar. Komentar Anda sangat bermanfaat demi kemajuan blog ini. Berkomentarlah secara sopan dan tidak melakukan spam.
© Smadgreen. All rights reserved. Developed by Jago Desain