Bahasan artikel ini bertujuan untuk menganalisis hikayat mashudulhakk dari segi unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsiknya. Terdapat tiga bagian bahasan yang dilakukan pertama adalah uraian cerita Hikayat Mashudulhak: Perkara Si Bungkuk dan Si Panjang. Kedua adalah bahasan Unsur Intrinsik Hikayat Mashudulhak dan ketiga adalah bahasan Unsur Ekstrinsik Hikayat Mashudulhakk.
Hikayat Mashudulhakk Perkara Si Bungkuk Dan Si Panjang
Hatta maka berapa lamanya Mashudulhak pun besarlah. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu. Maka pada suatu hari adalah dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatu sungai. Maka dicaharinya perahu hendak menyeberang, tiada dapat perahu itu. Maka ditantinya kalau-kalau ada orang lalu berperahu. Itu pun tiada juga ada lalu perahu orang. Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya. Sebermula adapun istri orang itu terlalu baik parasnya. Syahdan maka akan suami perempuan itu sudah tua, lagi bungkuk belakangnya. Maka pada sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga. Katanya, "Apa upayaku hendak menyeberang sungai ini?"
Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana sungai itu. Maka kata orang itu, "Hai tuan hamba, seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini, karena hamba tiada dapat berenang; sungai ini tidak hamba tahu dalam dangkalnya." Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali ini!"
Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu merendahkan dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan menuju orang tua yang bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang tua itu, "Tuan hamba seberangkan apalah hamba kedua ini. Maka kata Bedawi itu, "Sebagaimana hamba hendak bawa tuan hamba kedua ini? Melainkan seorang juga dahulu maka boleh, karena air ini dalam."
Maka kata orang tua itu kepada istrinya, "Pergilah diri dahulu." Setelah itu maka turunlah perempuan itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu. Arkian maka kata Bedawi itu, "Berilah barang-barang bekal-bekal tuan hamba dahulu, hamba seberangkan." Maka diberi oleh perempuan itu segala bekal-bekal itu. Setelah sudah maka dibawanyalah perempuan itu diseberangkan oleh Bedawi itu. Syahdan maka pura-pura diperdalamnya air itu, supaya dikata oleh si Bungkuk air itu dalam. Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi itu kepada perempuan itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan mudanya. Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik juga tuan hamba buangkan orang bungkuk itu, agar supaya tuan hamba, hamba ambit, hamba jadikan istri hamba." Maka berbagai-bagailah katanya akan perempuan itu.
Maka kata perempuan itu kepadanya, "Baiklah, hamba turutlah kata tuan hamba itu." Maka apabila sampailah ia ke seberang sungai itu, maka keduanya pun mandilah, setelah sudah maka makanlah ia keduanya segala perbekalan itu. Maka segala kelakuan itu semuanya dilihat oleh orang tua bungkuk itu dan segala hal perempuan itu dengan Bedawi itu. Kalakian maka heranlah orang tua itu. Setelah sudah ia makan, maka ia pun berjalanlah keduanya. Setelah dilihat oleh orang tua itu akan Bedawi dengan istrinya berjalan, maka ia pun berkata-kata dalam hatinya, "Daripada hidup melihat hal yang demikian ini, baiklah aku mati."
Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu. Maka heranlah ia, karena dilihatnya sungai itu aimya tiada dalam, maka mengarunglah ia ke seberang lalu diikutnya Bedawi itu. Dengan hal yang demikian itu maka sampailah ia kepada dusun tempat mashudulhakk itu. Maka orang tua itu pun datanglah mengadu kepada mashudulhakk. Setelah itu maka disuruh oleh Mashudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun datanglah dengan perempuan itu. Maka kata Mashudulhak, "Istri siapa perempuan ini?"
Maka kata Bedawi itu, "Istri hamba perempuan ini. Dari kecil lagi ibu hamba pinangkan sudah besar dinikahkan dengan hamba." Maka kata orang tua itu, "Istri hamba, dari kecil nikah dengan hamba". Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka gemparlah. Maka orang pun berhimpun, datang melihat hal mereka itu ketiga. Maka bertanyalah mashudulhakk kepada perempuan itu, "Berkata benarlah engkau, siapa suamimu antara dua orang laki-laki ini?"
Maka kata perempuan celaka itu, "Si Panjang inilah suami hamba.". Maka pikirlah Mashudulhak, "Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu. Maka diperjauhkannyalah laki-laki itu keduanya. Arkian maka diperiksa pula oleh Mashudulhak. Maka kata perempuan itu, "Si Panjang itulah suami hamba.".Maka kata Mashudulhak, "Jika sungguh ia suamimu siapa mentuamu laki-laki dan siapa mentuamu perempuan dan di mana tempat duduknya?"
Maka tiada terjawab oleh perempuan celaka itu. Maka disuruh oleh Mashudulhak perjauhkan. Setelah itu maka dibawa pula si Panjang itu. Maka kata Mashudulhak, "Berkata benarlah engkau ini. Sungguhkah perempuan itu istrimu?". Maka kata Bedawi itu, "Bahwa perempuan itu telah nyatalah istri hamba; lagi pula perempuan itu sendiri sudah berikrar, mengatakan hamba ini tentulah suaminya."
Syahdan maka Mashudulhak pun tertawa, seraya berkata, “Jika sungguh istrimu perempuan ini, siapa nama mentuamu laki-laki dan mentuamu perempuan, dan di mana kampung tempat ia duduk?". Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki itu. Maka disuruh oleh Mashudulhak jauhkan laki-laki Bedawi itu. Setelah itu maka dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata mashudulhakk, "Hai orang tua, sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benamya?". Maka kata orang tua itu, "Daripada mula awalnya." Kemudian maka dikatakannya, siapa mentuanya laki-laki dan perempuan dan di mana tempat duduknya
Maka Mashudulhak dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu. Maka hendaklah disakiti oleh Mashudulhak akan Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh Mashudulhak akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali. Kemudian maka disuruhnya tobat Bedawi itu, jangan lagi ia berbuat pekerjaan demikian itu. Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Mashudulhak itu.
Unsur Intrinsik Hikayat Mashudulhak
Unsur intrinsik hikayat mashudulhakk terdiri dari tema, latar, jenis alur, struktur alur, tokoh, watak tokoh, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat.
1. Tema Hikayat Mashudulhakk
Tema hikayat mashudulhakk perkara si bungkuk dan si panjang yaitu tentang Kesetiaan dan Pengkhianatan dalam Cinta.
2. Tokoh dan Penokohan Hikayat Mashudulhakk
Berikut pembahasan tokoh dan watak tokoh dalam hikayat mashudulhakk perkara si bungkuk dan si panjang.
2.1 Tokoh Hikayat Mashudulhakk
Tokoh tokoh yang terdapat dalam hikayat mashudulhakk ini adalah Mashudulhak, Si Bungkuk, Si Panjang (Bedawi), dan Istri Si Bungkuk.
- Tokoh Protagonis: Si Bungkuk
- Tokoh Antagonis: Bedawi dan Istri Si Bungkuk
- Tokoh Tritagonis: Mashudulhakk
2.2 Penokohan Tokoh Hikayat Mashudulhakk
Bagaimanakah peran dan sifat dari setiap tokoh Mashudulhak, Si Bungkuk, Si Panjang (Bedawi), dan Istri Si Bungkuk dalam hikayat Mashudulhakk perkara si bungkuk dan si panjang?
a. Mashudulhak: Arif, bijaksana, suka menolong, cerdik, baik hati.
Tokoh Mashudulhakk memiliki sifat yang Arif, bijaksana, suka menolong, cerdik, baik hati. Tokoh ini berperan sebagai Tokoh Tritagonis dalam cerita Mashudulhakk. Tokoh Tritagonis sendiri merupakan tokoh yang memiliki watak bijak dan sering menjadi penengah dalam penyelesaian konflik yang terjadi antara tokoh protagonis dengan tokoh antagonis dalah hikayat mashudulhak ini.
Buki:
"… mashudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu."
"Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana; mashudulhakk itu."
"…..Maka pikirlah mashudulhakk, "Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu."
b. Si Bungkuk: Suka mengalah, baik hati, mudah percaya.
Tokoh Si Bungkuk dalam hikayat perkara si bungku dan sipanjang memiliki sifat Setia pada istrinya, suka mengalah, mudah percaya. Si Bungkuk berperan sebagai Tokoh Protagonis atau tokoh yang memiliki watak baik hati dalam rangkaian cerita hikayat mashudulhakk tersebut.
Bukti:
"Maka kata orang tua itu, "Istri hamba, dari kecil nikah dengan hamba."
"Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu merendahkan dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan menuju orang tua yang bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang tua itu, "Tuan hamba seberangkan apalah 2) hamba kedua ini."
"Maka kata orang tua itu kepada istrinya, "Pergilah diri dahulu." Setelah itu maka turunlah perempuan itu ke dalam sungai dengan oraka kata orang tua itu kepada istrinya, "Pergilah diri dahulu." Setelah itu maka turunlah perempuan itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu."
c. Si Panjang/Bedawi: Licik, dan egois.
Watak dari Tokoh Bedawi (Si Panjang) yang digambarkan dalam hikayat Perkara Si Bungkuk dan Si Panjang tersebut adalah tokoh Bedawi memiliki sifat Licik, dan egois. Tokoh Si Panjang berperan sebagai tokoh Antagonis atau tokoh yang berwatak jahat karena dia (Si Panjang) berusaha merebut istri dari Si Pendek.
Bukti:
"Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, Untunglah sekali ini!"
"Maka kata Bedawi itu, "Bahwa perempuan itu telah nyatalah istri hamba; lagi pula perempuan itu sendiri sudah berikrar, mengatakan hamba ini tentulah suaminya."
d. Istri Si Bungkuk: Mudah dirayu, tidak setia, suka berbohong, dan egois.
Dalam Hikayat Mashudulhakk perkara si bungkuk dan si panjang tersebut, kita bisa menilai bahwa tokoh Istri Si Bungkuk memiliki sifat Mudah dirayu, tidak setia, suka berbohong, dan egois. Melalui deretan sifat yang dimiliki oleh tokoh tersebut, kita dapat menilai bahwa Istri Si Bungkuk juga berperan sebagai Tokoh Antagonis (tokoh yang memiliki watak jahat). Hal itu juga diperkuat oleh satu alasan dimana dia (Istri Si Bungkuk) tidak mengakui Si Bungkuk Sebagai Suaminya melainkan Si Panjanglah yang dia akui sebagai suaminya.
Bukti:
"hamba jadikan istri hamba." Maka berbagai-bagailah katanya akan perempuan itu. Maka kata perempuan itu kepadanya, "Baiklah."
"maka diperiksa pula oleh mashudulhakk. Maka kata perempuan itu, "Si Panjang itulah suami hamba."
3. Latar (Setting) Hikayat Mashudulhakk
Latar yang terdapat dalam hikayat mashudulhakk dapat diuraikan menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.
3.1. Latar tempat
Latar tempat hikayat mashudulhakk perkara si bungkuk dan sipanjang yaitu di Sungai atau tepi sungai.
Bukti:
"Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya".
"turunlah perempuanitu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu".
3.2 Latar suasana
Latar suasana hikayat mashudulhakk perkara si bungkuk dan si panjang adalah Suasana Menegangkan, Suasana Membingungkan dan Suasana Mengecewakan.
Bukti:
Latar suasana menegangkan tersebut terdapat pada kalimat "Maka pada sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga".
Suasana Mengecewakan, terdapat pada kalimat "Daripada hidup melihat hal yang demikian ini, baiklah aku mati.Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu.
Suasana Membingungkan, terdapat pada kalimat "Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka gemparlah".
3.3 Latar waktu
Latar waktu hikayat mashudulhakk tidak diketahui karena tidak disebutkan secara rinci dalam hikayat oleh penulis cerita.
4. Alur Hikayat Mashudulhakk
Alur hikayat mashudulhak perkara si bungkuk dan si panjang dapat dijelaskan menjadi jenis alur dan struktur alur cerita hikayat.
4.1 Jenis Alur
Jenis alur yang digunakan hikayat mashudulhakk adalah Alur Maju. Hal itu bisa dilihat dari rangkaian alur cerita hikayat mashudulhakk yang meceritakan kejadian secara runtur dari awal hingga ke akhir.
4.2 Struktur Alur Cerita Hikayat Mashudulhakk
Struktur alur cerita hikayat mashudulhakk perkara si bungkuk dan si panjang terdiri dari Orientasi (tahapan pengenalan atau tahapan awal), Konflik (tahapan munculnya konfilik), Klimaks (tahapan konflik memuncak), Antiklimaks (tahapan konflik mereda), dan Resolusi (tahapan penyelesaian).Rangkaian alur cerita hikayat ini bergerak secara runtut membahas apa masalah yang diceritakan dalam kutipan hikayat perkara si bungkuk dan si panjang. Hal tersebut adalah konflik yang ada di dalam hikayat mashudulhak perkara sibungkuk dan si panjang ini berupa si panjang naksir kepada istri si bungkuk dan berhasil merayunya untuk meninggalkan si bungkuk. Wanita tersebut (istri si bungkuk) tidak mengakui si bungkuk sebagai suaminya dan memilih si panjang sebagai suaminya. Si bungkuk kemudian dibantu oleh mashudulhak berhasil membuktikan kalau dialah suami dari wanita tersebut. Berikut rangkaian pembabakan alur dari hikayat mashudulhak perkara sibungkuk dan si panjang.
a. Orientasi:
"Mashudulhak arif bijaksana dan pandai memutuskan perkara-perkara yang sulit maka berapa lamanya mashudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu. Maka pada suatu hari adalah dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatu sungai."
b. Konflik:
"….serta dilihatnyaperempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali ini!"
c. Klimaks:
"Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi itu kepada perempuan itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan mudanya. Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik juga tuan hamba buangkan orang bungkuk itu, agar supaya tuan hamba, hamba ambit, hamba jadikan istri hamba."
d. Antiklimaks:
"Maka orang tua itu pun datanglah mengadu kepada mashudulhakk. Setelah itu maka disuruh oleh mashudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun datanglah dengan perempuan itu. Mashudulhakk, "Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu."
e. Resolusi:
" mashudulhakk dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh mashudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali."
5. Sudut Pandang
Sudut pandang hikayat mashudulhakk adalah sudut pandang penulis sebagai orang ke tiga yang serba tahu dan menceritakan rangkaian kejaidan dalam ceritanya menggunakan kata ganti orang ketiga seperti "ia", "dia" dan "itu".
Bukti:
"Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana mashudulhakk itu."
6. Gaya Bahasa Hikayat Mashudulhakk
Gaya bahasa yang digunakan dalam hikayat mashudulhak perkara si bungkuk dan si panjang yaitu majas penegasan yang terdiri dari majas tautologi, dan majas repetisi.
Majas Penegasan:
Majas penegasan merupakan gaya bahasa untuk menyatakan sesuatu secara tegas guna meningkatkan pemahaman dan kesan kepada pembaca atau pendengar.
Gaya Bahasa majas penegasan terbagi menjadi beberapa macam majas yaitu majas repetisi, majas retorik, majas pleonasme, majas klimaks, majas antiklimaks, majas paralelisme, dan majas tautologi.
Tautologi merupakan gaya bahasa yang mengulang kata yang bersinonim untuk menegaskan suatu kondisi atau maksud tertentu. Contoh gaya bahasa ini seperti, dia adalah gadis yang penuh dengan kasih, sayang, dan cinta.
Repetisi adalah gaya bahasa yang mengulang kata-kata dalam suatu kalimat. Contohnya seperti, pria itu pencopetnya, dia pelakunya, dia yang mengambil dompet saya.
6.1 Majas Tautologi
Majas Tautologi dalam Hikayat Mashudulhak yaitu mengulang kata "cerdiknya" dan kata "akalnya", dimana kedua kata tersebut bisa sama-sama diartikan sebagai kepintaran seseorang.
Bukti:
"Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu"
6.2 Majas Repetisi
Majas Repetisi dalam Hikayat Mashudulhak yaitu repetisi kata perahu dalam tiga rangkaian kalimat secara beruntun.
Bukti: "Maka dicaharinya perahu hendak menyeberang, tiada dapat perahu itu. Maka ditantinya kalau-kalau ada orang lalu berperahu. Itu pun tiada juga ada lalu perahu orang."
7. Amanat Hikayat Mashudulhakk
Pesan moral atau amanat yang bisa diambil dari hikayat mashudulhakk adalah sebagai berikut:
- Jangan berbohong karena berbohong itu tidak baik, merupakan dosa, dan hanya akan menimbulkan kerugian pada diri kita sendiri.
- Bantulah dengan ikhlas orang yang membutuhkan bantuan.
- Syukurilah jodoh yang telah diberikan Tuhan, yakini bahwa jodoh itu baik untuk kita.
- Jangan mengambil keputusan sesaat yang belum dipikirkan dampaknya.
- Jadilah orang yang bijaksana dalam mengatasi suatu masalah.
Unsur Ekstrinsik Hikayat Mashudulhak
1. Nilai religius
Nilai religius yang terdapat dalam hikayat mashudulhakk diantaranya adalah Kita harus selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah. Jangan pernah merasa iri dengan apa yang tidak kita miliki karena apa yang te;ah diberikan Allah kepada kita adalah sesuatu yang memang terbaik untuk kita. Jangan seperti yang ada pada hikayat mashudulhakk.
2. Nilai moral
Nilai moral yang terdapat dalam hikayat mashudulhakk adalah Janganlah sekali-kali kita memutar balikkan fakta, mengatakan bahwa yang salah itu benar dansebaliknya, karena bagaimanapun juga kebenaran akan mengalahkan ketidak benaran.
3. Nilai sosial budaya
Nilai sosial budaya yang terdapat dalam hikayat mashudulhakk yaitu Sebuah kesalahan pastilah akan mendapat sebuah balasan, pada hikayat ini diterangkan bahwa seorang yang melakukan keslahan seperti berbohong maka akan did era sebanyak seratus kali. (Lalu didera oleh mashudulhak akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali.)
4. Kepengarangan
Hikayat mashudulhakk adalah salah satu naskah lama (Collectie v.d. Wall). Hikayat Mashudulhakk telah mengalami perubahan isi cerita di sana-sini, dan kemudian dibandingkan dengan buku yang diterbitkan oleh A.F. v.d. Wall (menurut naskah yang lain dalam buku yang tersebut) untuk menemukan naskah asli cerita hikayat mashudulhak perkara si bungkuk dan si panjang. Kemudian, dalam Volksalmanak Melayu 1931 (Balai Pustaka) isi naskah yang dipakai v.d. Wall itu diringkaskan dan sambungannya dimuat pula, dengan judul "Mashudhakk".