Analisis unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik Hikayat Abu Nawas : Lelaki Kikir ini dibagi menjadi tiga bagian. Pada
bagian pertama berisikan cerita Hikayat Abu Nawas : Lelaki Kikir. Pada bagian kedua
berisikan analisis unsur intrinsik Hikayat Abu Nawas : Lelaki Kikir. Pada bagian terakhir berisikan analisis unsur ekstrinsik
dari hikayat Abu Nawas : Lelaki Kikir.
Hikayat Abu Nawas: Lelaki Kikir
Syahdan, disuatu masa hidup seorang laki-laki yang punya sifat kikir (pelit). Ia mempunyai sebuah rumah yang cukup besar. didalam rumah itu dia tinggal bersama seorang istri dan 3 orang anaknya yang masih kecil-kecil. Laki-laki ini merasa rumahnya sudah sangat sempit dengan keberadaannya dan keluarganya. Namun, untuk memperluas rumahnya, sang lelaki merasa sayang untuk mengeluarkan uang. Ia putar otak bagaimana caranya agar ia bisa memperluas rumahnya tanpa mengeluarkan banyak. Akhirnya, ia mendatangi abunawas, seorang cerdik dikampungnya. Pergilah ia menuju rumah abu nawas.
Si lelaki: “salam hai abunawas, semoga engkau selamat sejahtera.”
Abunawas: “salam juga untukmu hai orang asing, ada apa gerangan kamu mendatangi kediamanku yang reot ini?”
Si lelaki lalu menceritakan masalah yang ia hadapi. abunawas mendengar dengan seksama. Setelah si lelaki selesai bercerita, abunawas tampak tepekur sesaat, tersenyum, lalu ia berkata: “hai fulan, jika kamu menghendaki kediaman yang lebih luas, belilah sepasang ayam, jantan dan betina, lalu buatkan kandang didalam rumahmu. 3 hari lagi kau lapor padaku bagaimana keadaan rumahmu.”
Si lelaki bingung, apa hubungannya ayam dengan luas rumah, tapi ia tak membantah. Sepulang dari rumah abunawas, ia membeli sepasang ayam, lalu membuatkan kandang untuk ayamnya didalam rumah. 3 hari kemudian, ia kembali kekediaman abunawas, dengan wajah berkerut.
Abunawas: “bagaimana fulan, sudah bertambah luaskah kediamanmu?”
Si lelaki: “boro boro ya abu. apa kamu yakin idemu ini tidak salah?rumahku tambah kacau dengan adanya kedua ekor ayam itu. Mereka membuat keributan dan kotorannya berbau tak sedap.” abu nawas: “(sambil tersenyum) kalau begitu tambahkan sepasang bebek dan buatkan kandang didalam rumahmu. Lalu kembali 3 hari lagi.”
Silelaki terperanjat. Kemarin ayam sekarang bebek, memangnya rumahnya peternakan? atau sicerdik abunawas ini sedang kumat jahilnya? Namun seperti pertama kali, ia tak berani membantah, karena ingat reputasi abunawas yang selalu berhasil memecahkan berbagai masalah. Pergilah ia ke pasar, dibelinya sepasang bebek, lalu dibuatkannya kandang didalam rumahnya. Setelah 3 hari ia kembali menemui abunawas.
Abu nawas: “bagaimana fulan, kediamanmu sedah mulai terasa luas atau belum?” si lelaki: “aduh abu, ampun, jangan kau menegerjai aku. Saat ini adalah saat paling parah selama aku tinggal dirumah itu. Rumahku sekarang sangat mirip pasar unggas, sempit, padat, dan baunya bukan main.”
Abunawas: “waah, bagus kalau begitu. Tambahkan seekor kambing lagi. buatkan ia kandang didalam rumahmu juga. Lalu kembali kesini 3 hari lagi.”
Si lelaki: “apa kau sudah gila abu? kemarin ayam, bebek dan sekarang kambing. Apa tidak ada cara lain yang lebih normal?”
Abunawas: “lakukan saja, jangan membantah.” Lelaki itu tertunduk lesu, bagaimanapun juga yang memberi ide adalah abunawas, sicerdik pandai yang tersohor. Maka dengan pasrah pergilah ia ke pasar dan membeli seekor kambing, lalu ia membuatkan kandang didalam rumahnya. 3 hari kemudian dia kembali menemui abunawas.
Abunawas: “bagaimana fulan? sudah membesarkah kediamanmu?”
Si lelaki: “rumahku sekarang benar-benar sudah jadi neraka. Istriku mengomel sepanjang hari, anak-anak menangis, semua hewan-hewan berkotek dan mengembik, bau, panas, sumpek, betul-betul parah ya abu. Tolong aku abu, jangan suruh aku beli sapi dan mengandangkannya dirumahku, aku tak sanggup ya abu.”
Abu nawas: “baiklah, kalau begitu, pulanglah kamu, lalu jual kambingmu kepasar, besok kau kembali untuk menceritakan keadaan rumahmu.”
Si lelaki pulang sambil bertanya-tanya dalam hatinya, kemarin disuruh beli, sekarang disuruh jual, apa maunya si abunawas. Namun, ia tetap menjual kambingnya kepasar. Keesokan harinya ia kembali kerumah abunawas.
Abu nawas: “bagaimana kondisi rumahmu hari ini?”
Si lelaki: ”yah, lumayan lah abu, paling tidak bau dari kambing dan suara embikannya yang berisik sudah tak kudengar lagi.
Abu nawas: “kalau begitu juallah bebek-bebekmu hari ini, besok kau kembali kemari” si lelaki pulang kerumahnya dan menjual bebek-bebeknya kepasar. Esok harinya ia kembali kerumah abunawas.
Abunawas: “jadi, bagaimana kondisi rumahmu hari ini?”
Si lelaki: “syukurlah abu, dengan perginya bebek-bebek itu, rumahku jadi jauh lebih tenang dan tidak terlalu sumpek dan bau lagi. Anak-anakku juga sudah mulai berhenti menangis.” Abunawas: “Bagus. kini juallah ayam-ayammu kepasar dan kembali besok”.
Si lelaki pulang dan menjual ayam-ayamnya kepasar. Keesokan harinya ia kembali dengan wajah yang berseri-seri kerumah abunawas.
Abunawas: “kulihat wajahmu cerah hai fulan, bagaimana kondisi rumahmu saat ini?”
Si lelaki: “alhamdulillah ya abu, sekarang rasanya rumahku sangat lega karena ayam dan kandangnya sudah tidak ada. Kini istriku sudah tidak marah-marah lagi, anak-anakku juga sudah tidak rewel.” abunawas: “(sambil tersenyum) nah nah, kau lihat kan, sekarang rumahmu sudah menjadi luas padahal kau tidak menambah bangunan apapun atau memperluas tanah banguanmu. Sesungguhnya rumahmu itu cukup luas, hanya hatimu sempit sehingga kau tak melihat betapa luasnya rumahmu.
Mulai sekarang kau harus lebih banyak bersyukur karena masih banyak orang yang rumahnya lebih sempit darimu. Sekarang pulanglah kamu, dan atur rumah tanggamu, dan banyak-banyaklah bersyukur atas apa yang dirizkikan tuhan padamu, dan jangan banyak mengeluh.”
Silelaki pun termenung sadar atas segala kekeliruannya, ia terpana akan kecendikiaan sang tokoh dan mengucap terima kasih pada abunawas.
Unsur Intrinsik Hikayat Abu Nawas: Lelaki Kikir
Tema:
Bersyukur dengan apa yang telah kita miliki.
Alur:
Menggunakan alur maju, karena penulis menceritakan peristiwa tersebut dari awal permasalahan sampai akhir permasalahan.
Setting/Latar:
Bersyukur dengan apa yang telah kita miliki.
Alur:
Menggunakan alur maju, karena penulis menceritakan peristiwa tersebut dari awal permasalahan sampai akhir permasalahan.
Setting/Latar:
- Setting Tempat: Negeri Antah Berantah, pasar, rumah lelaki kikir, rumah Abunawas.
- Setting Suasana: Ramai, menegangkan, dan bahagia.
- Setiing Waktu: Di suatu masa
- Orang ketiga serba tahu.
Tokoh/Penokohan:
- Abu Nawas: Baik, bijaksana
- Si Lelaki: Penurut, Kikir,
Amanat:
- Kita harus banyak-banyak bersyukur.
- Jangan selalu melihat ke atas, sekali-kali lihatlah kebawah, karena masih banyak orang yang hidupnya lebih menderita dari kita.
- Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati.
- Jangan memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.
- Hendaknya kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.
- Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
Unsur Ekstrinsik Hikayat Abu Nawas: Lelaki Kikir
Nilai Moral- Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita.
- Jangan kita terlalu memaksakan kehendak kita kalau sebenarnya tidak mampu.
Nilai Budaya
- Sebagai seorang ayah sebaiknya memberikan contoh yang baik kepada anak dan istri.
Nilai Sosial
- Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.
- Hendaknya kita mau berbagi untuk meringankan beban orang lain.
Nilai Religius
- Jangan mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya.
- Percayalah pada Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib manusia.
Nilai Pendidikan
- Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.
- Jangan mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya.