Penulisan artikel Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik Hikayat Raja Balad ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian Pertama berupa jalan cerita Hikayat Raja Balad. Bagian Kedua berupa Unsur intrinsik Hikayat Raja Balad. Dan bagian ketiga berisi Unsur Ekstrinsik Hikayat Raja Balad.
Hikayat Raja Balad
Syahdan, zaman dahulu kala, ada seorang kaya hartawan, bernama Syekh Hasan, banyak harta banyak uang, terkenal kesetiap negeri, merupakan orang terkaya, bertempat tinggal du negeri Baghdad, yang terkenal kemana-mana, sebagai kota yang paling ramai saat itu. Syekh Hasan sangat bijaksana, mengasihi fakir miskin, menyayangi yang kekurangan, menasehati yang berikiran sempit, mengingatkan orang yang bodoh, diajari ilmu yang baik, walaupun harus mengeluarkan biaya, berupa pakaian atau uang, karena itu banyak pengikutnya. Syekh Hasan saudagar yang kaya raya, memiliki seorang anak, laki-laki yang sangat tampan, pendiam, dan baik budi, berusia sekitar tujuh tahun. Raja Balad namanya.
Raja Balad sedang lucu-lucuya, semua orang senang melihatnya, apalagi orang tuanya, namun demikian anak itu, tidak sombong, perilakunya kalem, walaupun hidupnya dimanjakan, tidak kekurangan sandang, namun Raja Balad sama suka bersolek, karena itulah kedua orang tuanya sangat menyayanginya.
Ayahnya berfikir,”Alangkah salahnya aku, menyayangi diluar batas, tanpa pertimbangan, bagaimana kalau akhirnya, dimurkai Allah Yang Agung, aku pasti durhaka, tak dapat mendidik anak, mengkaji ilmu yang bermanfaat.” Dipanggilnya putranya. Anak itu segera mendatanginya, diusap-usapnya putranya sambil dinasihati, bahwa Ia harus mengaji, katanya “Sekarang saatnya anakku, sebenarnya aku kuatir, tapi, pergilah ke Mesir, carilah jalan menuju keutamaan.” Raja Balad menjawab,”Ayah jangan ragu-ragu, jangankan jalan menuju kemuliaan, jalan kematianpun hamba jalani, semua kehendak orang tua, akan hamba turuti, tidak akan ku tolak, siang malam hanya perintah Ayah Ibu yang hamba nantikan.”
Singkat cerita, Raja Balad yang akan berangkat kepesantren, berpisah dengan kedua orangtuanya, hatinya sangat sedih, ibunya tidak tahan menangis terisak-isak, harus berpisah dengan putranya, yang masih sangat kecil, belum cukup usia. “Kelak, apabila ananda sudah sampai, ketempat merantau, pandai-pandailah menjaga diri, karena jauh dari orang tua, harus tahu ilmunya hidup, jangan keras kepala, angkuh dan menyombongkan diri, merasa lebih dari yang lain, merasa diri orang kaya lalu menghina sesama. Kalau begitu perbuatanmu, hidupmu tidak akan senangkaena dimusuhi semua orang, tidak akan ada yang mau menolong, kalau celaka tidak akan diperhatikan, berada dirantau orang, kalau judes akan mendapatkan kesusahan, hati-hatilah menjaga diri jangan menganggap enteng segala hal.” Raja Balad menjawab dengan takzim,”Apa yang Ibu katakan, akan selalu kuingat dan kucatat dalam hati, doakanah aku agar selamat, semoga jangan sampai menempuh jalan yang salah, pesan Ibu akan kuperhatikan, siang dan malam.”
Singkat cerita Raja Balad sudah berangkat dikawal dua pengasuhnya sejak kecil, Mairin dan Mairun,mereka berangkat berjalan kaki, Mairun memikul semua perbekalan dan pakaian, sementara Mairin mengikuti dari belakang, sesekali menggantikan tugas Mairun.
Perasaan sedih prihatin, kehujanan, kepanasan, selama perjalanan yang makan waktu berhari-hari namun akhirnya sampai juga dipusat kota Negara Mesir, dengan selamat berkat do’a Ayah dan Ibunda, selanjutnya, segera Ia menemui seorang alim ulama, terus berguru padanya.
Pada suatu hari, saat ba’da zuhur, Raja Balad sedang di jalan, bertemu seseorang bernama Saleh, yang baru pulang dari sekolah, Raja Balad menyapa,”Anda pulang dari mana?” Saleh menjawab dengan sopan,”Saya pulang sekolah.” Raja Balad bertanya lagi,” Sekolah itu apa? Coba jelaskan padaku!” yang ditanya menjawab,”Apakah anda belum tahu?” “sekolah itu tempat ilmu, tepatnya tempat belajar, berhitung, menulis, mengeja, belajar tatakrama, sopan santun terhadap yang lebih tua dan yang lebih muda, dan terhadap sesama, harus sesuai dengan aturan.”
Perasaan sedih prihatin, kehujanan, kepanasan, selama perjalanan yang makan waktu berhari-hari namun akhirnya sampai juga dipusat kota Negara Mesir, dengan selamat berkat do’a Ayah dan Ibunda, selanjutnya, segera Ia menemui seorang alim ulama, terus berguru padanya.
Pada suatu hari, saat ba’da zuhur, Raja Balad sedang di jalan, bertemu seseorang bernama Saleh, yang baru pulang dari sekolah, Raja Balad menyapa,”Anda pulang dari mana?” Saleh menjawab dengan sopan,”Saya pulang sekolah.” Raja Balad bertanya lagi,” Sekolah itu apa? Coba jelaskan padaku!” yang ditanya menjawab,”Apakah anda belum tahu?” “sekolah itu tempat ilmu, tepatnya tempat belajar, berhitung, menulis, mengeja, belajar tatakrama, sopan santun terhadap yang lebih tua dan yang lebih muda, dan terhadap sesama, harus sesuai dengan aturan.”
Ketika Raja Balad mendengar penjelasan tersebut, betapa girang hatinya, di segera pulang, menghadap kyai dan meminta izinya, untuk belajar disekolah, guna mencari ilmu. Sekarang katakan padaku apa yang sebenarnya kamu harapkan.” Kyai berkata demikian, tujuan untuk menguji muridnya, apakah betul-betul ingin mencari ilmu atau hanya alasan supaya mendapat pujian. Raja Balad menunduk, menjawab agak malu,”Hamba ingin menjelaskan mengapa hamba besusah payah tanpa mengenal lelah, mencari ilmu. Memang sangkaan orang begitu karena ayahku kaya raya, tidak kekurangan uang, ternaknyapun banyak, hamba tidak usah bekerja, karena tidak akan kekurangan.
Namun, pendapat hamba tidak demikian, akan sangat memalukan seandainya ayah sudah tiada, sudah menunggal dunia, semua hartanya jatuh ketangan hamba. Tapi, ternyata tidak terurus karena saya tidak teliti akhirnya harta itu habis, bukan bertambah.
Disitulah terlihat ternyata kalau hamba ini bodoh. Bukan bertambah mashur, asalnya anak orang kaya, harus menjadi buruh. Begitulah pendapat saya karena modal sudah ada saya hanya tinggal melanjutkan. Pangkat anakpun begitu pula, walaupun tidak melebihi orang tua, paling tidak harus sama dengan orang tua, dan tidak akan melakukan, apalagi kalau lebih miskin, ibaratnya anak seorang patih.” Maka, yakinlah kyai itu akan baik muridnya.
Namun, pendapat hamba tidak demikian, akan sangat memalukan seandainya ayah sudah tiada, sudah menunggal dunia, semua hartanya jatuh ketangan hamba. Tapi, ternyata tidak terurus karena saya tidak teliti akhirnya harta itu habis, bukan bertambah.
Disitulah terlihat ternyata kalau hamba ini bodoh. Bukan bertambah mashur, asalnya anak orang kaya, harus menjadi buruh. Begitulah pendapat saya karena modal sudah ada saya hanya tinggal melanjutkan. Pangkat anakpun begitu pula, walaupun tidak melebihi orang tua, paling tidak harus sama dengan orang tua, dan tidak akan melakukan, apalagi kalau lebih miskin, ibaratnya anak seorang patih.” Maka, yakinlah kyai itu akan baik muridnya.
Unsur Intrinsik Hikayat Raja Balad
Tema: Perjuangan Menuntut IlmuHikayat ini menceritakan perjalanan Raja Balad menuntut ilmu hingga ke negeri mesir untuk menambah wawasannya dan mampu meneruskan kemashuran keluarganya.
Alur: Alur Maju
Hikayat Raja Balad dimulai dari kisah kedermawanan ayahnya yang bernama Syekh Hasan. Kemudian suatu hari, Syekh Hasan memerintahkan Raja Balad untuk menuntut ilmu yang diridhoi Allah SWT ke negeri Mesir. Raja Balad yang penurut akhirnya berpamitan kepada orang tuanya dan berangkat menuju Mesir ditemani dau pengwalnya untuk berguru pada alim ulama di sana.
Latar:
Latar Tempat: Negeri Baghdad dan Mesir
Latar Waktu: Pada suatu waktu, Siang hari (setelah sholat zuhur)
Latar Suasana: Mengharukan, terdapat pada saat Raja Balad hendak berpamitan kepada orang tuanya untuk menimba ilmu mesir.
Tokoh dan penokohan:
Syekh Hasan: Dermawan, baik hati, sholeh, penyayang.
Raja Balad: Penurut, baik hati, berwawasan luas, sholeh.
Ibu Raja Balad: Baik hati, penyayang, penuh kasih sayang, perhatian pada anak.
Pengawal Raja Balad: Setia.
Kiyai: Bijaksana, sholeh.
Sudut Pandang: Sudut pandang orang ke tiga
Gaya Bahasa: -
Amanat:
- Berbuat baiklah kepada semua orang
- Selalu ingat kepada sang pencipta
- Berbaktilah kepada kedua orang tua
- Hormatilah orang yang lebih tua dan sayangilah orang yang lebih muda dari kita
- Carilah ilmu sebanyak mungkin dimanapun kita berada
Unsur Ekstrinsik Hikayat Raja Balad
Nilai Moral- Carilah ilmu sebanyak mungkin dimanapun kita berada
- Berbuat baiklah kepada semua orang
Nilai Agama
- Selalu ingat kepada sang pencipta
- Jangan meninggalkan Sholat
Nilai Sosial
- Berbaktilah kepada kedua orang tua
- Hormatilah orang yang lebih tua dan sayangilah orang yang lebih muda dari kita
- Berbagilah kepada orang yang membutuhkan bantuan.