Artikel ini bertujuan untuk menganalisis Hikayat Bachtiar: Diangkat Kembali Jadi Raja. Bahasan yang ditampilkan terdiri dari tiga bahasan. Bahasan pertama adalah Sinopsis Hikayat Bachtiar, kedua berupa Unsur intrinsik hikayat Bachtiar dan ketiga adalah Unsur Ekstrinsik Hikayat Bachtiar.
Sinopsis Hikayat Bachtiar
Diangkat Kembali Jadi Raja
Ada seorang raja yang kabur dari istana karena kalah perang. Ia pun akhirnya sampai di wilayah kerajaan yang besar, dan dia menetap di kerajaan tersebut. Raja di kerajaan tersebut telah mangkat.
Raja tersebut tidak mempunyai anak ataupun saudara. Semua menteri, pengawal kerajaan, orang terpandang, orang kaya, dan seluruh rakyat berkumpul, membicarakan siapa yang pantas menjadi raja, menggantikan raja yang telah mangkat.
Ada seorang menteri yang tua diantara seluruh menteri, dia mengatakan bahwa baginda raja pernah member amanat, jika kerajaan ini tidak ada rajanya, maka gajah kesaktiannya harus dikeluarkan, siapa yang akan ditunjuknyalah yang akan menjadi raja, supaya kerajaan ini makmur.
Pada suatu hari, gajah kesaktian itupun dilepaskan oleh orang-oramg dengan alat. Baginda rajapun terkejut melihatnya. Gajah itupun menghampirinya, menundukkan kepala, seperti orang sujud menyembah baginda raja.
Para menteri, pengawal kerajaan, dan rakyatpun ikut berlutut serta menyembah, dan meminta maaf Para menteri dan pengawal kerajaan menceritakan bahwa kerajaan Patik ini sudah tidak ada rajanya, karena telah kembali ke rahmatullah. Baginda raja sangat bahagia melihat hormat para menteri dan pengawal kerajaan. Seketika itu, raja menceritakan dirinya yang kabur dari kerajaan. Setelah para menteri dan pengawal kerajaan mendengar cerita raja itu, maka mereka sangat gembira.
Baginda raja dan permaisurinya pun naik ke atas gajah itu, pengawal kerajaan mengembangkan payung kerajaan. Setelah itu, pengawal kerajaan menyuruh rakyat untuk membunyikan semua bunyi-bunyian, suasana saat itu sangat ramai. Setelah sampai istana, maka rajapun memerintah dengan adil dan sering menyapa semua rakyatnya, sekalipun miskin. Maka kerajaan tersebut menjadi makmur.
Unsur Intrinsik Hikayat Bachtiar
1. Judul: Diangkat Kembali Jadi Raja2. Topik: Kepahlawanan.
3. Tema:
Tema Hikayat Bakhtiar adalah nafsu ketamakan atau kejahatan akan hancur oleh kebenaran dan kesabaran. Tema ini mengingatkan pembaca agar tetap memperteguh sifat jujur dan benar serta sabar dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari..
4. Alur: Alur maju.
5. Tahapan Alur:
Tahap Pengenalan (Eksposisi):
Ada seorang raja yang sedang melarikan diri dari istana bersama permaisurinya.
Tahap Muncul Masalah (Konflik):
Raja tersebut menetap disuatu wilayah. Wilayah tersebut tidak ada rajanya, karena sudah mangkat.
Tahap Menegangkan (Klimaks):
Para menteri, pengawal kerajaan, orang besar,orang kaya dan seluruh rakyat di wilayah tersebut tidak dapat memutuskan siapa yang pantas menjadi raja.
Tahap Penurunan Ketegangan (Antiklimaks):
Ada salah seorang menteri yang sudah tua yang menyampaikan amanat dari raja sebelum mangkat, yaitu apabila wilayah tersebut tidak ada rajanya, maka gajah kesaktiannya harus dilepaskan. Siapa yang akan ditunjuk oleh gajah itu, dialah yang akan menjadi raja.
Tahap Penyelesaian (Resolusi):
Pada suatu hari, gajah kesaktian tersebut dilepaskan. Maka terkejutlah baginda raja ketika melihat gajah tersebut bersujud kepadanya. Itu berarti baginda rajalah yang menjadi raja. Maka baginda raja dan permaisurinyapun naik ke atas gajah tersebut dan diarak menuju kerajaan. Akhirnya, kerajaan tersebut menjadi makmur.
6. Tokoh dan Penokohan:
Raja: Bijaksana, tidak sombong.
Menteri yang tua: Sopan, baik hati.
Menteri dan pengawal kerajaan: Baik hati, mudah menerima.
7. Sudut Pandang:
Orang ke-3 pengarang diluar cerita.
8. Latar/setting:
Latar Tempat: Di kerajaan, di rumah baginda raja.
Latar Waktu:
Latar Suasana:
9. Amanat :
- Kita harus tabah menghadapi cobaan.
- Kita tidak boleh sombong jika mendapatkan kenikmatan.
- Kita harus menjalankan amanat seseorang dengan baik.
- Kita harus mudah menerima keberadaan seseorang.
Unsur Ekstrinsik Hikayat Bachtiar
1. Nilai Ketuhanan
- Selalu ingat dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha kuasa.
Hatta makan beberapa lamanya itu maka terdengarlah wartanya itu kepada baginda tua. Akan hal wartanya itu maka ia pun pikirlah di dalam hatinya, "Dan tiadalah berkenan rupanya saudaranya ini akan daku. Syahdan maka jikalau ia hendak jadi raja masakan dilacangnya dia, niscaya akulah merajakan dia, tetapi apalah akan dianya aku ini, karena aku tua dan jikalau dernikian, baiklah aku pergi membuangkan diriku barang ke mana membawa untung ini". Setelah sudah ia berpikir demikian itu seketika, maka hari pun malamlah, maka baginda pun sembayanglah (hal 3)
Arkian maka Bakhtiar pun segeralah bangun daripada tidurnya itu lalulah ia bersembayang subuh (hal 17)
2. Nilai Moral
- Jangan mudah percaya kepada orang lain.
- Berpikirlah terlebih dahulu sebelum memutuskan suatu perkara.
- Jangan bersifat dengki dan tamak.
- Selalu bersikap jurjur
Demikianlah adanya hikayat itu melainkan hendaklah barang pekerjaan Tuanku periksa juga, supaya teguh pikiran hati Tuanku, kemudian daripada itu apa maklumlah Tuanku akan patik ini, sehingga mengingatkan sahaja juga (ha142).
Tuan qadhi pun tunduk berdiam dirinya dan seketika lagi maka ia pun berdatang sembah, "Ya, Tuanku Syah Alam, adapun pendapatnya patik ini penjarakan dahulu sementara Tuanku Syah Alam mencahari bicara serta dengan periksa baik-baik dengan sabarnya Tuanku Syah Alam" (hal 22).