Unsur Intrinsik Dan Unsur Ekstrinsik Hikayat Patani Lengkap Dengan Sinopsisnya

Hikayat Patani

Inilah suatu kisah yang diceterakan oleh orang tua-tua, asal raja yang berbuat negeri Patani Darussalam itu. Adapun raja di Kota Maligai itu namanya Paya Tu Kerub Mahajana. Maka Paya Tu Kerub Mahajana pun beranak seorang laki-laki, maka dinamai anakanda baginda itu Paya Tu Antara. Hatta berapa lamanya maka Paya Tu Kerub Mahajana pun matilah. Syahdan maka Paya Tu Antara pun kerajaanlah menggantikan ayahanda baginda itu. Ia menamai dirinya Paya Tu Naqpa.

Analisis Unsur Intrinsik Dan Unsur Ekstrinsik Hikayat Patani

Selama Paya Tu Naqpa kerajaan itu sentiasa ia pergi berburu. Pada suatu hari Paya Tu Naqpa pun duduk diatas takhta kerajaannya dihadap oleh segala menteri pegawai hulubalang dan ra'yat sekalian. Arkian maka titah baginda: "Aku dengar khabarnya perburuan sebelah tepi laut itu terlalu banyak konon."

Maka sembah segala menteri: "Daulat Tuanku, sungguhlah seperti titah Duli Yang Mahamulia itu, patik dengar pun demikian juga." Maka titah Paya Tu Naqpa: "Jikalau demikian kerahkanlah segala rakyat kita. Esok hari kita hendak pergi berburu ke tepi laut itu." Maka sembah segala menteri hulubalangnya: "Daulat Tuanku, mana titah Duli Yang Mahamulia patik junjung."

Arkian setelah datanglah pada keesokan harinya, maka baginda pun berangkatlah dengan segala menteri hulubalangnya diiringkan oleh rakyat sekalian. Setelah sampai pada tempat berburu itu, maka sekalian rakyat pun berhentilah dan kemahpun didirikan oranglah. Maka baginda pun turunlah dari atas gajahnya semayam di dalam kemah dihadap oleh segala menteri hulubalang rakyat sekalian. Maka baginda punmenitahkan orang pergi melihat bekas rusa itu. Hatta setelah orang itu datang menghadap baginda maka sembahnya: "Daulat Tuanku, pada hutan sebelah tepi laut ini terlalu banyak bekasnya."

Maka titah baginda: "Baiklah esok pagi-pagi kita berburu"

Maka setelah keesokan harinya maka jaring dan jerat pun ditahan oranglah. Maka segala rakyat pun masuklah ke dalam hutan itu mengalan-alan segala perburuan itu dari pagi-pagi hingga datang mengelincir matahari, seekor perburuan tiada diperoleh. Makabaginda pun amat hairanlah serta menitahkan menyuruh melepaskan anjing perburuan baginda sendiri itu. Maka anjing itu pun dilepaskan oranglah. Hatta ada sekira-kira duajam lamanya maka berbunyilah suara anjing itu menyalak. Maka baginda pun segera mendapatkan suara anjing itu. Setelah baginda datang kepada suatu serokan tasik itu,maka baginda pun bertemulah dengan segala orang yang menurut anjing itu. Maka titah baginda: "Apa yang disalak oleh anjing itu?"

Maka sembah mereka sekalian itu: "Daulat Tuanku, patik mohonkan ampun dan karunia. Ada seekor pelanduk putih, besarnya seperti kambing, warna tubuhnya gilang gemilang. Itulah yang dihambat oleh anjing itu. Maka pelanduk itu pun lenyaplahpada pantai ini." 

Setelah baginda menengar sembah orang itu, maka baginda pun berangkat berjalan kepada tempat itu. Maka baginda pun bertemu dengan sebuah rumah orang tua laki-bini duduk merawa dan menjerat. Maka titah baginda suruh bertanya kepada orang tuaitu, dari mana datangnya maka ia duduk kemari ini dan orang mana asalnya.

Maka hamba raja itu pun menjunjungkan titah baginda kepada orang tua itu. Maka sembah orang tua itu: "Daulat Tuanku, adapun patik ini hamba juga pada kebawah Duli Yang Maha mulia, karena asal patik ini duduk di Kota Maligai. Maka pada masa Paduka Nenda berangkat pergi berbuat negeri ke Ayutia, maka patik pun dikerahorang pergi mengiringkan Duli Paduka Nenda berangkat itu. Setelah Paduka Nenda sampai kepada tempat ini, maka patik pun kedatangan penyakit, maka patik punditinggalkan oranglah pada tempat ini."

Maka titah baginda: "Apa nama engkau?". Maka sembah orang tua itu: "Nama patik Encik Tani."  Setelah sudah baginda mendengar sembah orang tua itu, maka baginda pun kembalilah pada kemahnya. Dan pada malam itu baginda pun berbicara dengan segala menteri hulubalangnya hendak berbuat negeri pada tempat pelanduk putih itu. Setelah keesokan harinya maka segala menteri hulubalang pun menyuruh orang mudik ke Kota Maligai dan keLancang mengerahkan segala rakyat hilir berbuat negeri itu. Setelah sudah segala menteri hulubalang dititahkah oleh baginda masing-masing dengan ketumbukannya,maka baginda pun berangkat kembali ke Kota Maligai.

Hatta antara dua bulan lamanya, maka negeri itu pun sudahlah. Maka baginda punpindah hilir duduk pada negeri yang diperbuat itu, dan negeri itu pun dinamakannya Patani Darussalam [negeri yang sejahtera]. Arkian pangkalan yang di tempat pelanduk putih lenyap itu [dan pangkalannya itu] pada Pintu Gajah ke hulu Jambatan Kedi,[itulah. Dan] pangkalan itulah tempat Encik Tani naik turun merawa dan menjerat itu.Syahdan kebanyakan kata orang nama negeri itu mengikut nama orang yang merawaitulah. Bahwa sesungguhnya nama negeri itu mengikut sembah orang mengatakan pelanduk lenyap itu. Demikianlah hikayatnya.

Hatta antara berapa tahun lamanya baginda di atas takhta kerajaan itu, maka bagindapun berputera tiga orang, dan yang tua laki-laki bernama Kerub Picai Paina dan yangtengah perempuan bernama Tunku Mahajai dan bungsu laki-laki bernama MahacaiPailang.

Hatta berapa lamanya maka Paya Tu Naqpa pun sakit merkah segala tubuhnya, danbeberapa segala hora dan tabib mengobati tiada juga sembuh. Maka baginda punmemberi titah kepada bendahara suruh memalu canang pada segala daerah negeri:barang siapa bercakap mengobati baginda, jikalau sembuh, raja ambilkan menantu.

Arkian maka baginda pun sangat kesakitan duduk tiada ikrar. Maka bendahara punsegera bermohon keluar duduk di balairung menyuruhkan temenggung memalucanang, ikut seperti titah baginda itu. Arkian maka temenggung pun segera bermohon keluar menyuruhkan orangnya memalu canang. Hatta maka canang itu pun dipaluoranglah pada segerap daerah negeri itu, tujuh hari lamanya, maka seorang pun tiadabercakap.

Maka orang yang memalu canang itu pun berjalan lalu di luar kampung orang Pasaiyang duduk di biara Kampung Pasai itu. Syahdan antara itu ada seorang Pasaibernama Syaikh Sa'id. Setelah didengarnya oleh Syaikh Sa'id seru orang yang memalucanang itu, maka Syaikh Sa'id pun keluar berdiri di pintu kampungnya. Maka orangyang memalu canang itu pun lalulah hampir pintu Syaikh Sa'id itu.

Maka kata Syaikh Sa'id: "Apa kerja tuan-tuan memalu canang ini?"

Maka kata penghulu canang itu: "Tiadakan tuanhamba tahu akan raja di dalam negeriini sakit merkah segala tubuhnya? Berapa segala hora dan tabib mengobati dia tiadajuga mau sembuh; jangankan sembuh, makin sangat pula sakitnya. Dari karena itulah maka titah raja menyuruh memalu canang ini, maka barang siapa bercakap mengobati raja itu, jikalau sembuh penyakitnya, diambil raja akan menantu."

Maka kata Syaikh Sa'id: "Kembalilah sembahkan kepada raja, yang jadi menantu raja itu hamba tiada mau, dan jikalau mau raja masuk agama Islam, hambalah cakap mengobat penyakit raja itu." Setelah didengar oleh penghulu canang itu, maka ia pun segera kembali bersembahkan kepada temenggung seperti kata Syaikh Sa'id itu. Arkian maka temenggung pun dengan segeranya pergi maklumkan kepada bendahara seperti kata penghulu canang itu. Setelah bendahara menengar kata temenggung itu, maka bendahara pun masuk menghadap baginda menyembahkan seperti kata temenggungitu. Maka titah baginda: "Jikalau demikian, segeralah bendahara suruh panggil orang Pasai itu."

Arkian maka Syaikh Sa'id pun dipanggil oranglah. Hatta maka Syaikh Sa'id pundatanglah menghadap raja. Maka titah raja pada Syaikh Sa'id: "Sungguhkah tuan hamba bercakap mengobati penyakit hamba ini?" Maka sembah Syaikh Sa'id: "Jikalau Tuanku masuk agama Islam, hambalah mengobat penyakit Duli Syah 'Alam itu."

Maka titah raja: "Jikalau sembuh penyakit hamba ini, barang kata tuan hamba ituhamba turutlah." Setelah sudah Syaikh Sa'id berjanji dengan raja itu, maka Syaikh Sa'id pun duduklah mengobat raja itu. Ada tujuh hari lamanya, maka raja pun dapatlah keluar dihadapoleh menteri hulubalang sekalian. Arkian maka Syaikh Sa'id pun bermohonlah kepada baginda, lalu kembali ke rumahya. Antara berapa hari lamanya maka penyakit raja itupun sembohlah. Maka raja pun mungkirlah ia akan janjinya dengan Syaikh Sa'id itu.

Hatta ada dua tahun selamanya, maka raja pun sakit pula, seperti dahulu itu juga penyakitnya. Maka Syaikh Sa'id pun disuruh panggil pula oleh raja. Telah Syaikh Sa'id datang, maka titah baginda: "Tuan obatlah penyakit hamba ini. Jikalau sembuh penyakit hamba sekali ini, bahwa barang kata tuan hamba itu tiadalah hamba lalui lagi."

Maka kata Syaikh Sa'id: "Sungguh-sungguh janji Tuanku dengan patik, maka patik mau mengobati Duli Tuanku. Jikalau tiada sungguh seperti titah Duli Tuanku ini, tiadalah patik mau mengobat dia".

Setelah didengar raja sembah Syaikh Sa'id itu demikian, maka raja pun berteguh-teguhan janjilah dengan Syaikh Sa'id. Arkian maka Syaikh Sa'id pun duduklah mengobat raja itu. Ada lima hari maka Syaikh Sa'id pun bermohonlah pada raja kembali kerumahnya. Hatta antara tengah bulan lamanya, maka penyakit raja itu punsembuhlah. Syahdan raja pula mungkir akan janjinya dengan Syaikh Sa'id itu.

Hatta antara setahun lamanya maka raja itu pun sakit pula, terlebih dari pada sakit yang dahulu itu, dan duduk pun tiada dapat karar barang seketika. Maka Syaikh Sa'idpun disuruh panggil oleh raja pula. Maka kata Syaikh Sa'id pada hamba raja itu: "Tuanhamba pergilah sembahkan kebawah Duli Raja, tiada hamba mau mengobatiraja itu lagi, karena janji raja dengan hamba tiada sungguh."

Hatta maka (hamba)raja itu pun kembalilah, maka segala kata Syaikh Sa'id itusemuanya dipersembahkannya kepada raja. Maka titah raja kepada bentara: "Pergilah engkau panggil orang Pasai itu, engkaukatakan padanya jikalau sembuh penyakitku sekali ini, tiadalah kuubahkan janjikudengan dia itu. Demi berhala yang ku sembah ini, jikalau aku mengubahkan janjiku ini, janganlah sembuh penyakitku ini selama-lamanya."

Arkian maka bentara pun pergilah menjunjungkan segala titah raja itu kepada SyaikhSa'id. Maka kata Syaikh Sa'id: "Baiklah berhala tuan raja itulah akan syaksinya hamba: jikalau lain kalanya tiadalah hamba mau mengobat raja itu." Hatta maka Syaikh Sa'id pun pergilah mengadap raja. Setelah Syaikh Sa'id datang,maka titah raja: "Tuan obatilah penyakit hamba sekali ini. Jikalau sembuh penyakit hamba ini, barang yang tuan kata itu bahwa sesungguhnya tiadalah hamba lalui lagi."Maka kata Syaikh Sa'id: "Baiklah, biarlah patik obat penyakit Duli Tuanku. Jikalau sudah sembuh Duli Tuanku tiada masuk agama Islam sekali ini juga, jika datang penyakit Tuanku kemudian harinya, jika Duli Tuanku bunuh patik sekalipun, ridhalah patik; akan mengobat penyakit Tuanku itu, patik mohonlah."

Maka titah raja: "Baiklah, mana kata tuan itu, hamba turutlah." Setelah itu maka raja pun diobat pula oleh Syaikh Sa'id itu. Hatta antara tiga hari lamanya maka Syaikh Sa'id pun bermohon pada raja, kembali kerumahnya. Hattaantara dua puluh hari lamanya maka penyakit raja itu pun sembuhlah. Sebermula ada sebulan selangnya, maka pada suatu hari raja semayam di balairungdiadap oleh segala menteri hulubalang dan rakyat sekalian. Maka titah baginda: "Hai segala menteri hulubalangku, apa bicara kamu sekalian, karena aku hendak mengikut agama Islam?"

Maka sembah sekalian mereka itu: "Daulat Tuanku, mana titah patik sekalian junjung, karena patik sekalian ini hamba pada kebawah Duli Yang Mahamulia." Hatta setelah raja mendengar sembah segala menteri hulubalangnya itu, maka bagindapun terlalulah sukacita, lalu berangkat masuk ke istana. Setelah datanglah pada keesokan harinya, maka baginda pun menitahkan bentarakanan pergi memanggil Syaikh Sa'id, serta bertitah pada bendahara suruh menghimpunkan segala menteri hulubalang dan rakyat sekalian. Maka baginda punsemayam di balairung diadap oleh rakyat sekalian. Pada tatkala itu Syaikh Sa'id pundatanglah menghadap raja diiringkan oleh bentara. Setelah Syaikh Sa'id itu datang maka raja pun sangatlah memuliakan Syaikh Sa'id itu.

Maka titah baginda: "Adapun hamba memanggil tuanhamba ini, karena janji hamba dengan tuanhamba ini hendak masuk agama Islam itulah." Setelah Syaikh Sa'id mendengar titah raja demikian itu, maka Syaikh Sa'id pun segera mengucup tangan raja itu, lalu dijunjungnya. Sudah itu maka diajarkanlah kalimat syahadat oleh syaikh, demikian bunyinya: "Asyhadu an la ilâha illa l-Lâh wa asyhaduanna Muhammadan rasulu lLâh." Maka raja pun kararlah membawa agama Islam. Setelah sudah raja mengucap kalimat syahadat itu, maka Syaikh Sa'id pun mengajarkan kalimat syahadat kepada segala menteri hulubalang dan rakyat yang ada hadir itu pula.

Telah selesailah Syaikh Sa'id dari pada mengajarkan kalimat syahadat pada segala mereka itu, maka sembah Syaikh Sa'id: "Ya Tuanku Syah 'Alam, baiklah Tuanku bernama mengikut nama Islam, karena Tuanku sudah membawa agama Islam, supayabertambah berkat Duli Tuanku beroleh syafa'at dari Muhammad rasul Allah, sallalLâhu alaihi wa sallama diakirat jemah." Maka titah baginda: "Jikalau demikian, tuanhambalah memberi nama akan hamba."

Arkian maka raja itu pun diberi nama oleh Syaikh Sa'id, Sultan Isma'il Syah ZillullâhFi l'Alam. Setelah sudah Syaikh Sa'id memberi nama akan raja itu, maka titahbaginda: "Anak hamba ketiga itu baiklah tuanhamba beri nama sekali, supaya sempurnalah hamba membawa agama Islam." Maka kembali Syaikh Sa'id: "Barang bertambah kiranya daulat sa'adat Duli Yang Maha mulia, hingga datang kepada kesudahan zaman paduka anakanda dan cucundaDuli Yang Mahamulia karar sentosa di atas takhta kerajaan di negeri Patani Darussalam."

Arkian maka Syaikh Sa'id pun memberi nama akan paduka anakanda baginda yangtua itu Sultan Mudhaffar Syah dan yang tengah perempuan itu dinamainya Sitti'A'isyah dan yang bungsu laki-laki dinamainya Sultan Manzur Syah. Setelah sudahSyaikh Sa'id memberi nama akan anakanda baginda itu, maka baginda punmengaruniai akan Syaikh Sa'id itu terlalu banyak dari pada emas perak dan kain yangindah-indah. Hatta maka Syaikh Sa'id pun bermohonlah pada raja, lalu kembali kerumahnya di biara Kampung Pasai.

Syahdan pada zaman itu segala rakyat yang di dalam negeri juga yang membawa agama Islam, dan segala rakyat yang diluar daerah negeri seorang pun tiada masuk Islam. Adapun raja itu sungguhpun ia membawa agama Islam, yang menyembah berhala dan makan babi itu juga yang ditinggalkan; lain dari pada itu segala pekerjaan kafir itu suatu pun tiada diubahnya.

Sinopsis Hikayat Patani

Alkisah terdapat suatu kerajaan yang di kuasai oleh raja Paya Tu Kerub Mahajana. Setelah raja tersebut meninggal, ia dikantikan anaknya, yaitu Paya Tu Naqpa. Paya Tu Naqpa adalah seseorang raja yang suka berburu. Suatu hari ia mendengar berita bahwa daerah tepi laut mempunyai banyak binatang untuk diburu. Lalu Paya Tu Naqpa pun pergi kedaerah sana dengan beberapa hulubalangnya untuk berburu. Namun, tak ada satupun binatang yang nampak oleh rombongan raja tersebut.

Kemudian dua jam lamanya, anjing rombongan tersebut menggonggong, lalu raja bertanya tanya apa yang di gonggong oleh anjing itu. Ternyata adalah rusa putih yang gilang gemilang warnanya. Tetapi rusa itu berlari kesuatu arah dan hilanglah rusa tersebut. Rombongan raja pun berusaha mengejar tetapi tak ada rusa yang dicari, namun raja bertemu dengan sebuah rumah sepasang suami istri. Lalu si lelaki tersebut menceritakan asal muasal tempat yang ada rusa putihnya tersebut. Setelah mendengar cerita si lelaki, raja pun tertarik untuk memindahkan negrinya kesana, Selama dua bulan, selesailah negeri tersebut, dan dinamakan, Patani Darussalam. Yang berarti negeri yang sejahtera.

Beberapa tahun lamanya Paya Tu Naqpa bertahta, datang lah suatu penyakit berat yang menyerangnya. Tak ada satu tabib pun yang dapat mengobatinya. Lalu raja pun mengeluarkan pengumuman melalui anak buahnya, yaitu siapa yang bisa mengobati penyakit raja, maka ia akan diambil sebagai menantu. Tak lama kemudian, datanglah Syekh Sa’id untuk menyembuhkan raja, tetapi dengan syarat raja akan menganut agama Islam jika raja sembuh. Lalu raja pun menerima perjanjian tersebut.

Tujuh hari lamanya raja di obati, maka penyakit rajapun hilang, tetapi ia melanggar janjinya kepada Syekh Sa’id, raja enggan memeluk agama Islam. Setelah dua tahun lamanya, ternyata penyakit raja datang lagi, lalu raja meminta Syekh Sa’id untuk mengobatinya, dan aja berkata akan sungguh sungguh melaksanakan janji nya, lalu dengan kemuliaan hati Syekh Sa’id mengobati raja tersebut. Setelah dua bulan, sembuhlah penyakit raja tersebut. Tetapi lagi lagi raja melanggar janjinya itu.

Setahun sesudah itu, raja didatangi sakit itu lagi, bahkan lebih parah, raja pun memanggil Syekh Sa’id untuk mengobatinya, tetapi Syekh Sa’id ingin benar benar raja menepati janjinya itu, jikalau tidak, raja tidak akan diobati lagi oleh Syekh Sa’id tersebut. Setelah duapuluh hari lamanya, maka sembuhlah penyakit raja tersebut.

Lalu kemudian, raja pun memanggil Syekh Sa’id untuk mengajarkan untuk masuk Islam. Lalu raja diajarkan membaca kalimat syahadat, lalu Syekh Sa’id mengganti nama raja dengan sultan Ismail Syah Zilullah Fi I’alam. Lalu ketiga anaknya pun berganti nama pula agar makin terasa sempurna keIslamannya. Kemudian raja menghadiahi Syekh Sa’id dengan harta yang banyak, namun Sy’ekh Sa’id tak mau dan meminta untuk pulang ke negri pasai nya.

Tidak lama setelah itu, banyak pulalah rakyat yang masuk Islam. Mereka mendirikan shalat dan tidak makan babi lagi. Walaupun begitu, raja tetap melakukan pekerjaan yang bertentangan dengan Islam.

Unsur Intrinsik Hikayat Patani

Tema

Tema Hikayat Patani adalah Penyebaran agama Islma di sebuah Kerajaan. Hal ini terlihat jelas dari cerita ini, karena cerita ini mengisahkan tentang sebuah kerajaan. Dimulai ketika baginda raja di negeri tersebut terkena penyakit parah yagn tidak bisa disembuhkan para dukun dan tabib di sana. Hingga akhirnya seorang Syekh bernama Sa’id mampu menyembuhkan dia dengan syarat sang raja harus masuk Islam.

Tokoh dan penokohan

  • Phaya Tu Antara/Phaya Tu Naqpa:  Gemar berburu, suka ingkar janji, patuh hanya pada       saat terdesak, raja yang baik.
  • Syaikh Sa’id: Baik hati, suka menolong, sabar, tegas dan religius, dan tidak menginginkan harta/tahta. Sebagai seorang syekh, Syekh Sa’id sangat religius menyebarkan agama yang dianutnya yaitu agama islam, ia juga tidak sungkan untuk membantu orang, bahkan walaupun dikhianati sampai 2 kali oleh sang raja yang dengan tulus ia bantu, ia tetap sabar dan tetap mau membantu raja untuk ketiga kalinya, tapi ia tetap bertindak tegas untuk tidak akan memberikan bantuan untuk keempat kalinya.
  • Encik Tani dan istrinya: Watak tidak dijelaskan secara rinci
  • Kerub Picai Paina: Watak tidak dijelaskan secara rinci
  • Mahajai: Watak tidak dijelaskan secara rinci
  • Mahacai Pailang: Watak tidak dijelaskan secara rinci

Alur:

Alur hikayat patani adalah alur maju, karena cerita ini terus menceritakan tentang kejadian kedepannya dan bukan menceritakan tentang masa lalu.


Latar (Setting) :

  • Latar tempat: Di Kerajaan, daerah tepi laut, dan di Negeri Patani Darussalam.
  • Latar Waktu: Pada Masa Pemerintahan Paya Tu Naqpa
  • Latar Suasana: -

Sudut pandang:

Penulis sebagai orang ke tiga (pengamat).

Cerita ini seperti dikisahkan oleh seseorang dan menggunakan diaan seperti “Inilah suatu kisah yang diceterakan oleh orang tua-tua, asal raja yang berbuat negeri Patani Darussalam itu”

Gaya bahasa:

Gaya bahasa yang dipakai dalam hikayat patani yaitu menggunakan satu jenis gaya bahasa perbandingan (majas personifikasi) dan menggunakan dua jenis gaya bahasa penegasan (majas pleonasme dan majas antiklimaks). penuliasan cerita hikayat patani juga menggunakan bahasa melayu yang sulit dimengerti serta klise atau diulang-ulang.

Gaya bahasa perbandingan: Majas Personifikasi

Gaya bahasa perbandingan adalah majas yang gaya bahasanya diungkapan dengan cara menyandingkan atau membandingkan suatu objek dengan objek lainnya, bisa berupa penyamaan, pelebihan, atau penggantian.

Gaya bahasa perbandingan terbagi menjadi majas personifikasi, metafora, eufemisme, metonimia, simili, alegori, sinekdok, simbolik, asosiasi dan hiperbola.

Majas Personifikasi: Personifikasi, adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap seperti manusia. Contohnya seperti, angin malam telah melarang aku ke luar."

Bukti: "Maka segala rakyat pun masuklah ke dalam hutan itu mengalan-alan segala perburuan itu dari pagi-pagi hingga datang mengelincir matahari, seekor perburuan tiada diperoleh".

Majas personifikasi dalam hikayat patani yaitu menggambarkan  matahari yang tergelincir seolah-olah matahari memiliki kaki seperti manusia.

Gaya Bahasa Penegasan: Majas Pleonasme dan Majas Antiklimaks

Majas penegasan merupakan gaya bahasa untuk menyatakan sesuatu secara tegas guna meningkatkan pemahaman dan kesan kepada pembaca atau pendengar.

Gaya Bahasa majas penegasan terbagi menjadai beberapa macam majas yaitu majas repetisi, majas retorik, majas pleonasme, majas klimaks, majas antiklimaks, majas paralelisme, dan majas tautologi.

Majas Pleonasme: Pleonasme, merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata dengan makna sama, tapi diulang-ulang terkesan tidak efektif tapi disengaja untuk menegaskan sesuatu. Contohnya, Kita harus maju ke depan agar bisa menjelaskan pada teman sekelas. Kata maju sudah pasti ke depan.

Bukti: "Hatta ada sekira-kira duajam lamanya maka berbunyilah suara anjing itu menyalak."

Majas Pleonasme dalam hikayat patani yaitu menggunakan kata yang bermakna sama seperti "berbunyilah" dan "suara"

Majas Antiklimaks: Antiklimaks, adalah gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari tingkatan tertinggi ke tingkatan terendah. Contohnya seperti, setiap hari Senin, mulai kepala sekolah, guru, staff dan siswa rutin melaksanakan upacara bendera.

Bukti: "Hatta antara berapa tahun lamanya baginda di atas takhta kerajaan itu, maka bagindapun berputera tiga orang, dan yang tua laki-laki bernama Kerub Picai Paina dan yang tengah perempuan bernama Tunku Mahajai dan bungsu laki-laki bernama MahacaiPailang."

Majas Antiklimaks dalam hikayat patani yaitu menjelaskan nama anak baginda raja dari anak yang paling sulung hingga nama anak yang paling bungsu.

Amanat:

  • Bertindak tegaslah dalam sesuatu pendirian
  • Patuhi dan taatlah kepada pemerintahan pemimpin/raja (yang adil)
  • Berusahalah dengan gigih dalam suatu usaha dan tetap berikhtiar
  • Dalam menjalankan tugas atau janji kita harus amanah
  • Janganlah bersikap curang dan melanggar perintah/larangan pihak berkuasa
  • Jika ingin membantu orang lain, tidak usah mengharapkan imbalan
  • Kita tidak boleh mengiming-imingi seseorang dengan harta dan tahta
  • Tuntutlah ilmu demi memiliki wawasan yang luas. 

TAMBAHAN

Makna Hikayat Patani:

Makna hikayat patani sendiri hampir sama dangan isi amanat atau pesan nilai moral yang terdapat di dalam hikayat patani yang bisa dipetik sebagai pelajaran bagi kita semua, serta relevan bagi kehidupan kita disaat ini. Berikut adalah contohnya:

  • Kita harus berjuang sebaik mungkin dan tak boleh menyerah (seperti saat raja Paya Tu Naqpa yang berusaha mendapatkan ahsil buruan walaupun sulit dan gagal)
  • Janganlah ingkar janji dan berperilaku buruk (seperti raja Paya Tu Naqpa yang menolak menjadikan menantu dan ajakan masuk islam dari syekh sa'id yang sudah berhasil mengobati penyakit raja Paya Tu Naqpa, akibatnya raja ingkar tersebut kembali terkena penyakit)
  • Jangan terbuai oleh harta, sebab harta hanyalah titipan dari yang kuasa (seperti saat Syekh Sa'id yang menolak hadiah harta dari Sultan Ismail Syah Zilullah Fi L'alam/Raja Tu Naqpa dan lebih memilih pulang ke negeri asalnya)

Unsur Ekstrinsik Hikayat Patani

Nilai Moral

  • Seorang Syaikh Sa’id yang mengajak raja dan para keluarganya masuk Islam, dan bukan menyembah berhala. Serta dia tidak mengharap imbalan ketika menyembuhkan raja.
  • Perbuatan seorang Raja yang ingkar janji untuk masuk Islam, demi penyakitnya agar cepat sembuh.
  • Seorang yang berprilaku sombong dan angkuh karena menggap dirinya yang paling berkuasa.
  • Perbuatan seorang raja yang menganggap semua perbuatan dengan imbalan yang berupa harta.

Nilai Sosial

  • Seorang raja yang kurang membaur kepada rakyatnya, sehingga ketika ia sakit tak satupun orang yang ada di daerah negeri itu mengacuhkannya.
  • Perilaku yang bertanggung jawab yang ditampilkan oleh Raja pada akhir cerita, setelah berkali-kali ia ingkar dalam memeluk dan menyerukan agama Islam kepada rakyat dan para mentrinya.

Nilai Agama

  • Seorang Raja yang lebih menyembah berhala dibanding menyembah Tuhan.
  • Perbuatan Raja ketika ia menepati janjinya kepada Syaikh Sa’id untuk membawa agama Islam, maka dia pun masuk islam, tetapi perbuatan untuk menyembah berhala dan memakan babi pun masih dilakukannya.
  • Perilaku raja yang meremehkan janjinya untuk membawa agama Islam kekehidupannya.

18 comments

  1. Gada majas nya ah ga seru
    1. thanks mbak hehe maaf kalau artikelnya gk seru
  2. Guru bahasa Indonesia mengambil materi hikayat dari cerita ini.. makasih kak:v
    1. sip sama-sama
  3. Makna dari hikayat ini apa kak?
    1. maknanya bisa anda simpulkan sendiri dari uraian sinopsisnya, semoga membantu.
  4. Makna nya apa kak?
    1. sebenarnya makna itu hampir sama dengan amanat atau pesan nilai moral yang terdapat dari hikayat.. diataskan udah ada tuh..
      Nih biar ku tambahin contohnya misal:
      - kita harus berjuang sebaik mngkin dan tak boleh menyerah (seperti saat raja Paya Tu Naqpa yang berusaha mendapatkan ahsil buruan walaupun sulit dan gagal)
      - kita tidak boleh ingkar janji dan berperilaku buruk (seperti raja Paya Tu Naqpa yang menolak menjadikan menantu dan ajakan masuk islam dari syekh sa'id yang sudah berhasil mengobati penyakit raja Paya Tu Naqpa, akibatnya raja ingkar tersebut kembali terkena penyakit)
      - jangan terbuai oleh harta, sebab harta hanyalah titipan dari yang kuasa (seperti saat syekh sa'id yang menolah hadiah harta dari sultan ismal syah zilullah fi l'alam/raja tu naqpa dan lebih memilih pulang ke negeri asalnya)
  5. Ini alurnya salah y:)
    Yang dimaksud alur di hikayat kek pengenalan situasi, pengungkapan peristiwa, konflik, dan lain"
    1. yg anda sebutin itu kan tahapan alur duhai markonah :)... kalau jenis alur baru tuh maju, mundur atau campuran... kalau mau jawaban yang super lengkap ya tinggal nambahin aja tuh pembabakan tahapan alurnya sendiri sesuai selera anda...
  6. Nilai budaya nya mana kak
    1. maaf gak ada, mungkin bisa ditambain sendiri ok..
  7. Terima kasih kak sangat membantu😌
    1. sama" gan
  8. Terimah kasih kak,semoga berkah ilmunya dunia akhirat,dapat membantu orang lain
    1. sama-sama
  9. Makasih banyak kak udah memberikan ilmu yg bermanfaat bagi saya dan teman-teman yang lain semoga ilmu nya bermanfaat bagi dunia dan akhirat kelak kak:)
    1. terimakasih kembali
Luangkan sedikit waktu Anda untuk berkomentar. Komentar Anda sangat bermanfaat demi kemajuan blog ini. Berkomentarlah secara sopan dan tidak melakukan spam.