Penulisan artikel ini bertujuan untuk menganalisis Hikayat Melayu berjudul Jaya Lengkara dari segi unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsiknya. Pembahasan artikel ini akan dibagi menjadi tiga bagian. Pertama adalah naskah cerita Hikayat Jaya Lengkara. Kedua adalah analisis Unsur Intrinsik Hikayat Jaya Lengkara. Ketiga adalah analisis Unsur Ekstrinsik Hikayat Jaya Lengkara.
Hikayat Jaya Lengkara
Tersebut cerita seorang raja yang terlalu besar kerajaannya, Saeful Muluk namanya, Ajam Saukat nama kerajaanya. Adapun raja ini telah berkawin dengan Putri Sukanda Rum. Tetapi oleh karena permaisurinya tidak beranak, ia berkawin dengan Putri Sukanda bayang-bayang.
Hatta berapa lamanya, Puteri Sukanda bayang-bayangpun beranak anak kembar yang diberi nama Makdam dan Makdim. Permaisuri takut kehilangan kasih sayang raja sama sekali, lalu berdoa meminta anak. Doanya dikabulkan.
Hatta berapa lamanya, ia pun beranaklah seorang anak laki-laki yang terlalu baik rupanya. Anak itu ialah Jaya Lengkara. Adapun semasa Jaya Langkara jadi itu, negeri pun terlalu makmur, makanan murah dan banyak pedagang yang datang pergi. Segala ahli nujum, hulubalang dan rakyat sekalian juga mengucap syukur kepada Allah.
Kemudian raja menyuruh anaknya yang lain ,Makdam dan Makdim pergi bertanyakan nasib Jaya Langkara pada seorang kadi. Kadi itu meramalkan bahwa Jaya Langkara akan menjadi raja besar yang terlalu banyak sakti dan segala raja-raja besar tiada yang dapat melawannya dan segala margastua juga tunduk kepadanya dengan khidmat.
Mendengar ramalan yang demikian, Makdam dan Makdim menjadi sakit hatinya. Mereka berdusta kepada ayahanda mereka dengan mengatakan, jikalau Jaya Langkara ada dalam negeri, negeri akan binasa, beras padi juga akan menjadi mahal. Raja termakan fitnah ini dan membuang Jaya Langkara dengan bundayanya dari negeri.
Naga guna menyelamatkan Jaya Langkara. Bersama-sama mereka akan pergi ke negeri Peringgi. Jaya Langkara menewaskan seorang ajar-ajar dan memaksanya masuk islam. Dengan bantuan raja jin yang sudah masuk islam, ia membebaskan Makdam dan Makdim dari penjara. Ratna Kasina dan Ratna Dewi dikawinkan dengan Makdam.Bunga Kumkuma putih juga sudah diperolehnya.
Mangkubumi mesir coba mengambil bunga itu dari jaya langkara dan ditewaskan. Jaya Langkara mengampuni dia, bila mendengar sebab-sebab ia ingin mendapatkan bunga itu. Jaya Langkara pergi ke Mesir dan memohon supaya puteri Ratna Dewi dikawinkan dengan Makdim. Permaohonan nya diterima dengan baik oleh raja Mesir. Bersama-sama dengan Ratna Kasina, Jaya Langkara berangkat ke negeri Ajam Saukat dan menyembuhkan penyakit raja yang tak lain adalah ayahnya.
Selang berapa lamanya, Jaya Langkara kembali ke hutan untuk mencari bundanya. Ratna Kasina menyusul tidak lama kemudian, karena tidak tahan di ganggu oleh Makdam dan Makdim yang sudah ke negeri Ajam Saukat. Karena berahi mereka akan putri Ratna Kasina, Makdam dan Makdim coba membunuh Jaya Langkara. Naga guna menyelamatkan dan membawanya bersama-sama dengan Puteri Ratna Kasina ke negeri Madinah.
Raja Madinah sangat bergembira. Jaya Langkara dikawinkan dengan puteri Ratna Kasina. Raja Madinah sendiri juga berkawin dengan bunda jaya langkara. Hatta berapa lamanya. Jaya Langkara pun menjadi raja, negeri Madinah pun terlalu makmur dan besar kerajaannya. Segala raja besar pun menghantar upeti ke madinah setiap tahun.
Perebutan tahta dan kedengkian saudara Jaya Lengkara di kerajaan Ajam Saukat.
2. Tokoh dan Penokohan:
Jaya Lengkara:
Suka menolong, pemberani dan pemaaf (walaupun telah difitnah oleh Makdam dan Makdim tapi Jaya Lengkara tetap memaafkannya). Bijaksana (memimpin kerajaan dengan bijaksana). Tabah, sabar (Jaya Lengkara tetap tabah menerima segala cobaan yang menimpanya)
Saeful Muluk:
Adil, mudah terprovokasi (mempercayai fitnah Makdam dan makdim terhadap Jaya Lengkara)
Putri Sukanda Rum:
Sabar, penyayang, pemaaf dan pandai menyimpan rahasia.
Putri Sukanda Bayang-bayang:
Penokohan karakter tidak digambarkan secara jelas dalam cerita.
Makdam dan Makdim:
Pemfitnah, licik, iri hati (memfitnah Jaya Lengkara karena iri hati).
Ratna Dewi:
Ambisius dan Baik Hati.
Ratna Kasina:
Bertanggung jawab dan sayang kepada orang tuanya.
Ratna Gemala:
Ambisius.
Raja Peringgi:
Penyayang anak.
Kadi:
Ramah, jujur dan baik hati.
Naga:
Penolong (menolong Jaya Lengkara yang tengah kesusahan).
Mangkubumi Mesir:
Jahat (mencoba merampas bunga Kumkuma Putih).
Raja Madinah:
Baik hati (menerima kedatangan Jaya Lengkara dan menikahkannya dengan Ratna Kasina).
3. Latar/Setting:
Latar Tempat:
4. Sudut Pandang:
Orang ketiga serba tahu.
5.Alur:
Menggunakan alur maju, tahapannya adalah sebagai berikut:
Pengenalan:
Pengenalan tokoh Jaya Lengkara dan tokoh-tokoh lainnya.
Konflik:
Konflik diawali dengan pengusiran Jaya Lengkara dan Ibunya dari kerajaan karena difitnah oleh Makdam dan Makdim.
Klimaks:
Percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh Makdam dan Makdim terhadap Jaya Lengkara dan perebutan kembang kumakuma oleh Makdam, Makdim, Putri Ratna Kasina, Putri Ratna Dewi, dan Putri Ratna Gemala.
Peleraian:
Jaya Lengkara mendapatkan kembali kembang kumakuma yang telah diperebutkan dan berhasil mengobati ayahnya yang sedang sakit parah.
Penyelesaian:
Jaya Lengkara menikah dengan Putri Ratna Kasina anak Raja negeri Madinah, kemudian menjadi Raja segala raja yang hidup bahagia, sejahtera, dan sentosa.
6. Gaya Bahasa
Secara umum gaya bahasa yang digunakan dalam Hikayat Jaya Lengkara adalah gaya bahasa biasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang menggunakan bahasa Melayu seperti: patik, sembah, sabda, duli dan sebagainya. Namun ada juga penggunaan majas metafora dan repetisi.
7. Amanat:
Nilai Sosial:
Nilai Moral:
Unsur Intrinsik Hikayat Jaya Lengkara
1. Tema:Perebutan tahta dan kedengkian saudara Jaya Lengkara di kerajaan Ajam Saukat.
2. Tokoh dan Penokohan:
Jaya Lengkara:
Suka menolong, pemberani dan pemaaf (walaupun telah difitnah oleh Makdam dan Makdim tapi Jaya Lengkara tetap memaafkannya). Bijaksana (memimpin kerajaan dengan bijaksana). Tabah, sabar (Jaya Lengkara tetap tabah menerima segala cobaan yang menimpanya)
Saeful Muluk:
Adil, mudah terprovokasi (mempercayai fitnah Makdam dan makdim terhadap Jaya Lengkara)
Putri Sukanda Rum:
Sabar, penyayang, pemaaf dan pandai menyimpan rahasia.
Putri Sukanda Bayang-bayang:
Penokohan karakter tidak digambarkan secara jelas dalam cerita.
Makdam dan Makdim:
Pemfitnah, licik, iri hati (memfitnah Jaya Lengkara karena iri hati).
Ratna Dewi:
Ambisius dan Baik Hati.
Ratna Kasina:
Bertanggung jawab dan sayang kepada orang tuanya.
Ratna Gemala:
Ambisius.
Raja Peringgi:
Penyayang anak.
Kadi:
Ramah, jujur dan baik hati.
Naga:
Penolong (menolong Jaya Lengkara yang tengah kesusahan).
Mangkubumi Mesir:
Jahat (mencoba merampas bunga Kumkuma Putih).
Raja Madinah:
Baik hati (menerima kedatangan Jaya Lengkara dan menikahkannya dengan Ratna Kasina).
3. Latar/Setting:
Latar Tempat:
- Ajam Saukat (…..di Kerajaan Ajam Saukat).
- Negeri Peringgi (…..mereka kenNegeri Peringgi).
- Mesir (Jaya Lengkara pergi ke Mesir).
- Hutan (….pergi ke hutan untuk mencari bundanya).
- Madinah (….bersama dengan Ratna Kasina pergi ke Madinah).
- Menyedihkan (raja mengusir jaya Lengkara dan Ibunya).
- Bahagia (Raja Madinah sangat bahagia).
- Bunga Kumkuma Putih (bunga Kumkuma Putih juga sudah diperolehnya).
- Upeti (Segala raja besar pun menghantet upeti ke Madinah setiap tahun).
4. Sudut Pandang:
Orang ketiga serba tahu.
5.Alur:
Menggunakan alur maju, tahapannya adalah sebagai berikut:
Pengenalan:
Pengenalan tokoh Jaya Lengkara dan tokoh-tokoh lainnya.
Konflik:
Konflik diawali dengan pengusiran Jaya Lengkara dan Ibunya dari kerajaan karena difitnah oleh Makdam dan Makdim.
Klimaks:
Percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh Makdam dan Makdim terhadap Jaya Lengkara dan perebutan kembang kumakuma oleh Makdam, Makdim, Putri Ratna Kasina, Putri Ratna Dewi, dan Putri Ratna Gemala.
Peleraian:
Jaya Lengkara mendapatkan kembali kembang kumakuma yang telah diperebutkan dan berhasil mengobati ayahnya yang sedang sakit parah.
Penyelesaian:
Jaya Lengkara menikah dengan Putri Ratna Kasina anak Raja negeri Madinah, kemudian menjadi Raja segala raja yang hidup bahagia, sejahtera, dan sentosa.
6. Gaya Bahasa
Secara umum gaya bahasa yang digunakan dalam Hikayat Jaya Lengkara adalah gaya bahasa biasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang menggunakan bahasa Melayu seperti: patik, sembah, sabda, duli dan sebagainya. Namun ada juga penggunaan majas metafora dan repetisi.
7. Amanat:
- Iri hati dan dengki akan mengalahkan dan mencelakakan diri sendiri.
- Meneggakan keadilan dan kebenaran harus dilakukan untuk mensejahterakan rakyat.
- Memaafkan kesalahan orang lain adalah salah satu bentuk menciptakan kedaimaan.
Unsur Ekstrinsik Hikayat Jaya Lengkara
Nilai Agama:- Jangan suka memfitnah orang lain.
- Jangan iri kepada orang lain.
- Berdo’alah dengan sungguh-sungguh.
- Jangan mudah percaya dengan ramalan.
Nilai Sosial:
- Tolong-menolonglah dengan sesama.
Nilai Moral:
- Jangan menjadi seorang pendendam.
- Jangan iri kepada orang lain.