Naskah dan Rangkuman Cerpen Kucing Malang

Cerpen "Kucing Malang" karya Nisrina Dwi Cahyani adalah cerpen yang menarik dan menyentuh hati. Cerpen ini mengajarkan kita untuk peduli terhadap hewan. Hewan juga makhluk hidup yang membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari manusia.

Cerpen Kucing Malang

Kucing Malang

Hewan lucu nan imut yang biasa dipanggil kucing, kini tinggal bersamaku. Sesaat sebelumnya ku temui hewan itu kesepian tak bersama induknya. Kasihan memang, anak kucing selucu dia sendirian. Hari-hari pertamaku bersama dia sungguh sangat menyenangkan. “Gembul!” panggilan dia untuknya. Dengan langkah anak kucing pada umumnya, membuatku ingin tertawa. Ia mendekat padaku, mengusapkan kepalanya pada tanganku yang sedang mengelus bulu indahnya. “Hahaha, sudah sudah, aku geli hahahaha,” dia sungguh menggemaskan bukan? setelah menyadari bahwa aku memang geli, ia berhenti melakukan kegiatannya. Kucing itu lalu menatapku dengan tatapan seolah-olah ia berkata ‘aku lapar’. Aku tahu itu, lalu aku berikan sebuah botol susu yang sedari tadi ku pegang kepada anak kucing itu. Ia sangat lahap meminumnya. “Astaga, apakah kau selapar itu?” ucapku tersenyum.

Aku pun membuatkan sebuah rumah kecil untuknya. Hanya sekedar untuk penghangat baginya kala malam hari tiba. Ku buatkan ia rumah dari sebuah kardus bekas dan beberapa kain bekas yang masih bisa dipakai. Melihatnya tertidur pulas, aku bertanya-tanya, ‘Ke mana induknya pergi? mengapa ia tega membiarkan anaknya sendiri?’ Sebuah pertanyaan itu terkadang muncul di benakku, tanpa bisa ku jawab satu per satu. Hari demi hari, aku selalu setia merawat dan memberi kasih sayang tulus kepada anak kucing itu. Aku mengerutkan dahiku dalam. Sebuah perbedaan terjadi pada kucing itu. Bukan, ia bukan berubah menjadi besar. Namun, perutnya kian membuncit. Dan langkahnya pun tak seimbang. Kenapa dia? apa dia kekenyangan? sepertinya tidak. Esok hari, setelah pulang sekolah aku langsung menemui kucing itu.

Betapa terkejutnya aku. Ku temukan kucing itu berbaring lemas dengan mata yang setengah terbuka. Ku sentuh tubuhnya, ia bergetar hebat. Aku bingung, cemas, khawatir. Yang ku lakukan hanya berdoa dan menutupi ia dengan kain yang sedikit tebal. “Gembul kau kenapa?” pikiranku mulai negatif. Tak lama kemudian ia bangkit, entah apa yang ia lakukan. Berjalan menuju sebuah tempat penuh tanah. Dua kali lebih terkejut. Ia memuntahkan isi perutnya. Namun biasanya yang ke luar mungkin susu atau makanan. Kucing ini memuntahkan hewan lain yang ku kira lebih mirip cacing gulung. Ia terus mengeluarkannya dengan tubuh yang bergemetaran. Dengan wajah cemas, deg-degan, aku meminta tolong kepada temanku yang sudah biasa merawat kucing.

“Mia!!” ku panggil namanya terus menerus. Sampai seorang perempuan yang sebaya denganku mengenakan pakaian santai ke luar dari rumahnya.

“Ada apa Rima?” tanyanya kepadaku. “ikut denganku sekarang! Kucingku dalam bahaya,” aku langsung menariknya dan membawa dia ke rumahku. Lebih tepatnya ke tempat di mana kucing itu berada. Kucing itu kini terduduk lemas masih dengan tubuh yang gemetar.

“Aku tidak tahu kenapa, tiba-tiba saja saat aku pulang sekolah ia langsung lemas dan memuntahkan seperti itu.” Mia menatap kucing itu dengan miris.

Kebetulan, malam ini adalah malam minggu. Aku berencana membawa kucingku itu kepada Mia. Saat ingin membawa kucing itu, aku melihat kucing lain yang lebih besar sedang terduduk menghadap rumah kecil yang di dalamnya ada anak kucing. Aku membatin ‘Apa jangan-jangan kucing ini adalah induknya?’ ya sudahlah terserah kucing itu akan melakukan apa. Aku langsung membawa kardus yang berisi anak kucing ke tempat Mia. Setelah memberi keluhan bak pasien kepada dokter. Gembul akan diberi obat cacing untuk sementara. Beberapa hari kemudian, keadaan anak kucing itu membaik. Aku memutuskan menitipkannya pada Mia agar dia merawatnya. Semenjak itu, aku merasa kesepian. Biasanya gembulah yang selalu menghiburku. Setelah berbulan-bulan tak bertemu, aku mendapatkan sebuah berita dari Mia.

“Rima, aku minta maaf .. aku tak bisa merawat gembul dengan baik, tadi pagi aku menemukannya tergeletak dengan penuh busa di mulutnya,” aku terdiam cukup lama. Aku bingung ingin berkata apa. Aku tentu saja sedih mendengarkannya. Namun aku tak bisa melakukan apa-apa. Dalam hati aku berkata, ‘Selamat tinggal gembul, semoga kau tenang di sana.. maafkan aku jika selama ini tak bisa merawatmu dengan baik.’ Atas kejadian itu, aku mempunyai sebuah pelajaran. Ternyata tak mudah merawat seekor hewan seperti kucing.

Kesimpulan

Cerpen "Kucing Malang" karya Nisrina Dwi Cahyani adalah cerpen yang menarik dan menyentuh hati. Cerpen ini mengajarkan kita untuk peduli terhadap hewan. Hewan juga makhluk hidup yang membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari manusia.

Cerpen "Kucing Malang" juga mengajarkan kita untuk menyayangi dan merawat hewan dengan baik karena Hewan juga merupakan makhluk hidup yang perlu dikasihi dan dirawat dengan baik. Kita juga harus bertanggung jawab terhadap hewan yang kita pelihara. Selain itu, kita juga harus peduli terhadap sesama, termasuk hewan.

Cerpen "Kucing Malang" adalah cerpen yang patut dibaca oleh semua orang. Cerpen ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya peduli terhadap hewan.

Berikut adalah penjelasan dari poin-poin penting tersebut:

  • Hewan juga merupakan makhluk hidup yang perlu dikasihi dan dirawat dengan baik.

Hewan adalah makhluk hidup yang sama dengan manusia. Mereka memiliki perasaan dan juga membutuhkan kasih sayang. Oleh karena itu, kita harus menyayangi dan merawat hewan dengan baik.

  • Kita harus bertanggung jawab terhadap hewan yang kita pelihara.

Jika kita memelihara hewan, maka kita harus bertanggung jawab terhadapnya. Kita harus memberikan makanan, minuman, dan tempat tinggal yang layak untuk hewan peliharaan kita. Selain itu, kita juga harus merawat hewan peliharaan kita dengan baik.

  • Kita harus peduli terhadap sesama, termasuk hewan.

Kita harus peduli terhadap sesama, termasuk hewan. Kita harus membantu hewan yang membutuhkan pertolongan, seperti hewan yang terluka atau hewan yang terlantar.

Artikel Terkait:

Unsur Intrinsik Cerpen Kucing Malang

Unsur Ekstrinsik Cerpen Kucing Malang

Kaidah Kebahasaan Cerpen Kucing Malang

Post a Comment

Luangkan sedikit waktu Anda untuk berkomentar. Komentar Anda sangat bermanfaat demi kemajuan blog ini. Berkomentarlah secara sopan dan tidak melakukan spam.