Kisah 3 pangeran merupakan salah satu dongeng cerita rakyat suku betawi yang berasal dari daerah Jakarta. Oleh warga betawi Jakarta, dongeng kisah tiga pangeran ini dijadikan sebagai asal usul dari penamaan nama Pancoran yang letaknya tidak jauh dari Kalibata, Jakarta Selatan.
Dalam Artikel kali ini, kita akan membahas cerita tiga pangeran (asal usul nama pancoran), sinopsis (isi cerita tiga pangeran secara singkat), unsur intrinsik cerita tiga pangeran (tema, latar, alur, tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat atau koda) serta unsur ekstrinsik cerita tiga pangeran seperti nilai moral, nilai budaya, nilai agama dan lain sebagainya.
Kisah 3 Pangeran (Asal Usul Nama Pancoran)
Dahulu kala, hiduplah seorang raja yang bijaksana. Ia memerintah kerajaan yang letaknya antara Jakarta dan Bogor. Ia punya tiga orang anak, yaitu Pangeran Jaya, Pangeran Suta, dan Pangeran Gerindra.
Suatu hari, Raja ingin memilih satu di antara ketiga puteranya untuk menggantikannya. “Seperti tradisi keluarga kita, untuk menjadi seorang raja, kalian harus menjalani ujian. Berangkatlah kalian besok meninggalkan istana,” ujar Raja kepada ketiga puteranya.
Ketiga pangeran itu pun memulai perjalanan. Mereka sampai di sebuah sungai. Ketiganya mandi di sungai yang sejuk itu. Setelah mandi, mereka berganti pakaian. Namun, Pangeran Jaya tidak mengganti pakaiannya. Kedua adiknya meminta Pangeran Jaya mengganti pakaiannya karena sudah terlihat kumal. Menurut mereka, tidak pantas orang dari kerajaan berpakaian lusuh.
“Aku hanya membawa baju beberapa potong saja. Aku harus menghematnya. Maaf kalau aku berjalan bersama kalian dengan pakaian kotor,” ucap Pangeran Jaya.
Suatu ketika, dalam perjalanan, mereka menemukan sebuah pancuran. Pangeran Suta dan Pangeran Gerindra langsung terjun ke telaga di bawah pancuran dan meminum air pancuran itu. Setelah meminum air itu, tiba-tiba keduanya terkapar dan meninggal dunia. Pangeran Jaya sangat sedih dan berniat untuk ikut mati bersama adik-adiknya.
Namun, ketika ia baru akan meminum air pancuran itu, tiba-tiba sebuah suara menghentikannya, “Jangan kau minum air itu! Apakah kau ingin mati seperti adik-adikmu yang dengan beraninya minum air pancuran tanpa izin kepada yang punya?”
Tiba-tiba, seorang laki-laki tua muncul, “Akulah pemilik pancuran ini dan hanya bidadari saja yang boleh mandi di sini.”
“Biarlah aku menyusul adik-adikku!” ujar Pangeran Jaya sedih.
“Baiklah, kau boleh menyusul adikmu asal kamu menjawab pertanyaanku. Jika adikmu bisa kuhidupkan kembali, apakah kau mau menggantikan adik-adikmu?”
Jaya memikirkan jawabannya. Jika ia mati, ayahnya masih mempunyai dua anak. Ini lebih baik daripada kedua adiknya mati, yang berarti ayahnya hanya punya satu orang anak. “Aku bersedia menggantikan adik-adikku jika mereka hidup kembali,” jawab Jaya mantap.
Sang Kakek mengizinkan Jaya meminum air pancuran itu. Saat Jaya mulai minum, tiba-tiba tubuh Suta dan Gerindra bergerak-gerak dan hidup kembali. Jaya mendapati dirinya masih tetap hidup walaupun sudah meneguk air pancuran itu.
“Jaya, kini, aku telah melihat pengorbanan, kesabaran, dan ketabahanmu!” kata si Kakek. Lalu, ia menyerahkan sebilah tongkat kearah ketiga pangeran itu. “Bawalah tongkat ini. Tongkat saktiku ini akan mengantar kalian pulang. Siapa yang bisa mengangkat tongkat ini, dialah yang berhak menduduki tahta kerajaan.” Kakek itu pun menghilang.
Suta dan Gerindra mencoba mengangkat tongkat itu, tetapi mereka tidak sanggup. Tongkat sakti itu sangat berat. Namun, Jaya bisa mengangkat tongkat itu dengan mudah. Ketiganya sadar bahwa dalam perjalanan menempuh ujian dari sang Ayah, kakak merekalah yang lebih unggul.
Lokasi pancuran itu dikenal dengan nama Pancoran. Lokasinya bersebelahan dengan Kalibata, Jakarta Selatan.
Sinopsis Kisah 3 Pangeran (Asal Usul Nama Pancoran)
Sinopsis merupakan gamabaran cerita atau isi cerita yang ditulis ulang secara singkat. penulisan sinopsis suatu dapat berfariasi tergantung tujuan penulisan yang dilakukan oleh penulis sinopsis itu sendiri. Ada sinopsis cerita yang hanya ditulis tanpa menggambarkan bagaimana akhir dari cerita tersebut untuk meningkatkan minat dan rasa penasaran dari pembaca cerita, dan ada juga sinopsis yang di tulis dengan menggambarakan isi cerita dari awal sampai akhir dengan tujuan merangkum isi cerita. kali ini kita akan membuat sinopsis kisah tiga pangeran untuk menggambarkan isi cerita kisah 3 pangeran secara singkat untuk menggambarkan cerita tiga pangeran dari awal sampai akhir cerita.
Seorang raja di kerajaan yang terletak antara Jakarta dan bogor memiliki 3 orang anak laki-laki yaitu Pangeran Jaya, Suta dan Gerindra. Sang Raja ingin memilih siapa diantara ketiga anaknya yang pantas menjadi raja berikutnya dengan cara memberi ujian. Ketiga pangeran kemudian berangkat meninggalkan istana untuk menjalani ujian hingga akhirnya mereka tiba disebuah pancuran. Di lokasi pancuran itulah ketiga pangeran mendapat ujian dari seorang kakek tua dimana hanya Pangeran Jaya yang berhasil meyelesaikan ujian tersebut. Pangeran Jaya layak menjadi penerus ayahnya menjadi raja berikutnya karena berhasil dalam perjalanan menempuh ujian yang diberikan ayanya.
Ide Pokok Tiap Paragraf (Isi Cerita) Kisah Tiga Pangeran (Asal Usul Nama Pancoran)
Berikut ini isi cerita tiap paragraf kisah tiga pangeran (asal usul nama pancoran) :
1. Ada Seorang Raja Bijaksana yang memiliki 3 orang anak
2. Raja Ingin Memilih salah satu dari ketiga anaknya menjadi penerusnya dan menyuruh ketiganya berangkat menempuh ujian dan meninggalkan istana.
3. Ketiga pangeran singgah di sebuah sungai dan mandi, Pangeran Jaya diminta untuk mengganti bajunya karena sudah lusuh.
4. Pangeran Jaya hanya memiliki persediaan baju beberapa potong dan harus berhemat.
5. Ketiga pangeran menemukan pancuran, Suta dan Gerindra tewas karena meminum air dari pancuran tersebut.
6. Pangeran Jaya ingin menyusul kedua adiknya dan meminum air pancuran, namun berhenti ketika mendengar suara.
7. Seorang Kakek Tua pemilik pancuran muncul secara tiba-tiba.
8. Pangeran Jaya sedih dan ingin menyusul kedua adiknya.
9. Kakek tua ingin menghidupkan adik-adik Pangeran Jaya dengan syarat menukarkan nyawa pangeran Jaya.
10. Pangeran Jaya Bersedia melakukan syarat dari kakek tua.
11. Pangeran Jaya tetap hidup setelah meminum air pancuran, kedua adiknya juga kembali hidup.
12. Sebelum menghilang, Kakek Tua memberikan sebilah tongkat kepada ketiganya, dimana tongkat itu hanya bisa diangkat oleh orang yang pantas menjadi penerus raja.
13. Pangeran Jaya berhasil mengangkat tongkat tersebut sedangkan kedua adiknya tidak.
14. Lokasi pancuran kini dikenal dengan nama pancoran.
Unsur Intrinsik Kisah Tiga Pangeran (Asal Usul Nama Pancoran)
1. Tema
Tema cerita kisah tiga pangeran adalah perjalanan tiga pangeran dalam menempuh ujian sebagai penerus raja.
2. Alur dan Tahapan Alur
2.1 Alur
Alur cerita dalam kisah tiga pangeran adalah alur maju. Cerita tiga pangeran (asal ususl nama pancoran) ini diceritakan secara runtut dari awal cerita, pengenalan tokoh-tokoh cerita, pemunculan konflik, konflik memuncak, konflik mereda dan resolusi cerita.
2.2. Tahapan Alur
Tahapan alur pada Alur maju dalam cerita tiga pangeran adalah sebagai berikut:
Pengenalan (Orientasi) → Muncul konflik → Klimaks → Antiklimaks → Penyelesaian
a. Orientasi (eksposisi)
Dahulu kala, hiduplah seorang raja yang bijaksana. Ia memerintah kerajaan yang letaknya antara Jakarta dan Bogor. Ia punya tiga orang anak, yaitu Pangeran Jaya, Pangeran Suta, dan Pangeran Gerindra.
b. Pemunculan Konflik (rising action)
Suatu hari, Raja ingin memilih satu di antara ketiga puteranya untuk menggantikannya. “Seperti tradisi keluarga kita, untuk menjadi seorang raja, kalian harus menjalani ujian. Berangkatlah kalian besok meninggalkan istana,” ujar Raja kepada ketiga puteranya.
Ketiga pangeran itu pun memulai perjalanan. Mereka sampai di sebuah sungai. Ketiganya mandi di sungai yang sejuk itu. Setelah mandi, mereka berganti pakaian. Namun, Pangeran Jaya tidak mengganti pakaiannya. Kedua adiknya meminta Pangeran Jaya mengganti pakaiannya karena sudah terlihat kumal. Menurut mereka, tidak pantas orang dari kerajaan berpakaian lusuh.
c. Konflik Memuncak (klimaks)
Suatu ketika, dalam perjalanan, mereka menemukan sebuah pancuran. Pangeran Suta dan Pangeran Gerindra langsung terjun ke telaga di bawah pancuran dan meminum air pancuran itu. Setelah meminum air itu, tiba-tiba keduanya terkapar dan meninggal dunia. Pangeran Jaya sangat sedih dan berniat untuk ikut mati bersama adik-adiknya.
Namun, ketika ia baru akan meminum air pancuran itu, tiba-tiba sebuah suara menghentikannya, “Jangan kau minum air itu! Apakah kau ingin mati seperti adik-adikmu yang dengan beraninya minum air pancuran tanpa izin kepada yang punya?”
Tiba-tiba, seorang laki-laki tua muncul, “Akulah pemilik pancuran ini dan hanya bidadari saja yang boleh mandi di sini.”
“Biarlah aku menyusul adik-adikku!” ujar Pangeran Jaya sedih.
“Baiklah, kau boleh menyusul adikmu asal kamu menjawab pertanyaanku. Jika adikmu bisa kuhidupkan kembali, apakah kau mau menggantikan adik-adikmu?”
Jaya memikirkan jawabannya. Jika ia mati, ayahnya masih mempunyai dua anak. Ini lebih baik daripada kedua adiknya mati, yang berarti ayahnya hanya punya satu orang anak. “Aku bersedia menggantikan adik-adikku jika mereka hidup kembali,” jawab Jaya mantap.
Sang Kakek mengizinkan Jaya meminum air pancuran itu. Saat Jaya mulai minum, tiba-tiba tubuh Suta dan Gerindra bergerak-gerak dan hidup kembali. Jaya mendapati dirinya masih tetap hidup walaupun sudah mengeuk air pancuran itu.
d. Konflik Menurun (antiklimaks)
“Jaya, kini, aku telah melihat pengorbanan, kesabaran, dan ketabahanmu!” kata si Kakek. Lalu, ia menyerahkan sebilah tongkat kearah ketiga pangeran itu. “Bawalah tongkat ini. Tongkat saktiku ini akan mengantar kalian pulang. Siapa yang bisa mengangkat tongkat ini, dialah yang berhak menduduki tahta kerajaan.” Kakek itu pun menghilang.
e. Penyelesaian (resolusi)
Suta dan Gerindra mencoba mengangkat tongkat itu, tetapi mereka tidak sanggup. Tongkat sakti itu sangat berat. Namun, Jaya bisa mengangkat tongkat itu dengan mudah. Ketiganya sadar bahwa dalam perjalanan menempuh ujian dari sang Ayah, kakak merekalah yang lebih unggul.
Lokasi pancuran itu dikenal dengan nama Pancoran. Lokasinya bersebelahan dengan Kalibata, Jakarta Selatan.
3. Latar
3.1 Latar tempat
Latar tempat kisah 3 pangeran (asal usul nama pancoran) yaitu:
a. Kerajaan dekat Jakarta-Bogor
Ia memerintah kerajaan yang letaknya antara Jakarta dan Bogor.
b. Sungai
Ketiga pangeran itu pun memulai perjalanan. Mereka sampai di sebuah sungai.
c. Pancuran (pancoran) dekat Kalibata Jakarta Selatan
Suatu ketika, dalam perjalanan, mereka menemukan sebuah pancuran.
Lokasi pancuran itu dikenal dengan nama Pancoran. Lokasinya bersebelahan dengan Kalibata, Jakarta Selatan.
3.2 Latar Waktu
Latar waktu dalam cerita kisah tiga pangeran tidak disebutkan secara jelas dan hanya menjelaskan latar waktu menggunakan kalimat suatu waktu dan suatu ketika.
3.3. Latar Suasana
Latar suasana dalam kisah tiga pangeran yaitu:
a. Sejuk
Ketiganya mandi di sungai yang sejuk itu.
b. Mengagetkan
Setelah meminum air itu, tiba-tiba keduanya terkapar dan meninggal dunia.
c. Sedih
Pangeran Jaya sangat sedih dan berniat untuk ikut mati bersama adik-adiknya.
4. Tokoh dan Penokohan
4.1 Tokoh
Tokoh yang terdapat dalam cerita 3 pangeran (asal usul nama pancoran) yaitu:
- Raja
- Pangeran Jaya
- Pangeran Suta
- Pangeran Gerindra
- Kakek Tua
4.2 Penokohan
Berikut watak tokoh-tokoh dalam kisah tiga pangeran:
a. Tokoh Protagonis
- Pangeran Jaya, alasan mengapa pangeran jaya termasuk tokoh protagonis dalam cerita asal-usul nama pancoran adalah karena dia memiliki sifat baik hati, sederhana, rela berkorban, penyabar dan tabah.
b. Tokoh Antagonis
- Pangeran Suta, alasan mengapa pangeran suta termasuk tokoh antagonis dalam cerita asal-usul nama pancoran adalah karena dia memiliki sifat tinggi hati dan ceroboh.
- Pangeran Gerindra, alasan mengapa pangeran gerindra termasuk tokoh antagonis dalam cerita asal-usul nama pancoran adalah karena dia memiliki sifat tinggi hati dan ceroboh.
c. Tokoh Tritagonis
- Raja, alasan mengapa raja termasuk tokoh tritagonis dalam cerita asal-usul nama pancoran adalah karena dia memiliki sifat bijaksana.
- Kakek tua, alasan mengapa kakek tua termasuk tokoh tritagonis dalam cerita asal-usul nama pancoran adalah karena dia memiliki sifat bijaksana.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam kisah tiga pangeran (asal usul nama pancoran) adalah sudut pandang campuran. Penulis dalam karyanya menempatkan dirinya bergantian dari satu tokoh ke tokoh lainnya dengan sudut pandang yang berbeda-beda. “aku”, “kamu”, “kami”, “mereka”, dan atau “dia”.
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam cerita 3 pangeran adalah majas sindiran (sinisme). Sinisme, adalah gaya bahasa di mana seseorang memberikan sindiran secara langsung kepada orang lain. Contohnya, Kotor sekali kamarmu sampai debu debu bertebaran di mana-mana.
Menurut mereka, tidak pantas orang dari kerajaan berpakaian lusuh.
7. Amanat (koda)
Amanat dalam cerita kisah tiga pangeran yaitu:
- Tetaplah rendah hati walaupun memiliki harta yang banyak
- Izinlah terlebih dahulu sebelum menggunakan sesuatu yang bukan milikmu
- Berbuat baiklah kepada sesama
Unsur Ekstrinsik Kisah Tiga Pangeran (Asal Usul Nama Pancoran)
1. Nilai Moral
Nilai moral yang terdapat dalam kisah tiga pangeran diadaptasi dari nilai-nilai moral yang sering diajarkan di Indonesia khususnya di kawasan betawi Jakarta. Nilai-nilai moral tersebut diantaranya yaitu bersikap rendah hati, hidup sederhana, saling tolong-menolong antar sesama, meminta izin sebelum meenggunakan sesuatu milik orang lain, dan lain sebagainya.
2. Nilai Budaya
Nilai budaya yang terdapat dalam kisah tiga pangeran dipengaruhi oleh budaya pada zaman kerajaan yang ada di Indonesia. salah satunya yaitu tradisi dimana saat raja ingin memilih penerus tahtanya dari beberapa anak yang ia miliki, maka anak-anaknya akan diberikan ujian untuk membuktikan kepantasan mereka sebagai penerus takhta kerajaan.
Nilai budaya lainnya yang terdapat dalam kisah tiga pangeran dipengaruhi oleh adanya kepercayaan animisme dan dinamisme di indonesia. Salah satunya yaitu adanya kepercayaan bahwa suatu tempat dianggap keramat karena memiliki "roh penunggu" di area tersebut sehingga kita tidak boleh bertindak seenaknya di kawasan tersebut.