Ciri Estetik dan Ekstra Estetik Sastra Angkatan Pujangga Baru

Pembahasan karakteristik estetik dan ekstra estetik sastra angkatan pujangga baru (1930-1945) terdiri dari tiga pokok bahasan. Pertama adalah ulasan singkat sastra angkata pujangga baru. Kedua adalah ciri-ciri estetik sastra angkatan pujangga baru. Ketiga adalah ciri-ciri ekstra estetik sastra angkatan pujangga baru (1930-1945).

Sastra Angkatan Pujangga Baru (1930-1945)

Masuk kepada periode selanjutnya yaitu pujangga baru terdapat satu genre sastra baru yaitu puisi. Pada tahun1933, Armijn Pane, Amir Hamzah, dan Sultan Takdir Alisjahbana mendirikan sebuah majalah yang diberi nama Poejangga Baroe. Majalah Poedjangga Baroe menjadi wadah khususnya bagi seniman atau pujangga yang ingin mewujudkan keahlian dalam berseni.

Poedjangga Baroe merujuk pada nama sebuah institusi literer yang berorientasi ke aneka kegiatan yang dilakukan para penulis pemula. Majalah ini diharapkan berperan sebagai sarana untuk mengoordinasi para penulis yang hasil karyanya tidak bisa diterbitkan Balai Pustaka. Pada masa peralihan dari angakat pujangga baru ke angkatan 45 disitu terdapat peristiwa-peristiwa penting diantaranya:
  • Tahun 1945 adalah tahun dimana Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya melalui presiden pertama yaitu Ir.Soekarno.
  • Tahun 1946-1949 merupakan tahun dimana Indonesia mempertahankan kemerdekaanya (Revolusi Fisik).
  • Tahun 1949 Belanda mengakui kedaulatan Indonesia setelah konfrensi meja bundar dilaksanakan.
  • Tahun 1950-1960 merupakan kedaulatan Indonesia.
Pada periode ini terdapat dua genre sastra caitu prosa dan puisi, pada setiap karya prosa dan puisi pada periode ini memiliki ciri khusus.

Ciri-Ciri Estetik Puisi dan Prosa Angkatan Pujangga Baru

a. Puisi
  • Puisi baru bukan pantun/syair. Terdapat jenis baru seperti sonata berpola (4-4-3-3), balada (sebuah cerita, yang sering disebut prosais), dll.
  • Diksi yang digunakan pada puisi ini menggunakan kata-kata yang indah
  • Bahasa kiasan utama ialah perbandingan
  • Gaya ekspresi aliran romantik tampak dalam gaya pengucapan perasaan, peukisan alam, dll.
  • Gaya sajaknya diafan atau polos, kata-katanya serebral, hampir tidak digunakan katakata yang ambigu seperti simbolik dan metafora implisit
  • Rima merupakan salah satu sarana kepuitisan utama.

b. Prosa
  • Teknik penokohan sudah mulai dengan watak bulat, (ketika di dalam suatu cerita di ceritakan ada tokoh yang berwatak jahat, bisa jadi ketika di tengah-tengah atau pun akhir cerita menjadi baik), Perwatakan tidak dengan analisis langsung, deskripsi fisik sedikit.
  • Tidak banyak digresi
  • Gayanya romantik
  • Gaya bahasanya tidak dengan perumpamaan klise, pepatah dan peribahasa.

Ciri-Ciri Ekstra Estetik Puisi dan Prosa Angkatan Pujangga Baru

Ketika kita membandingkan ciri-ciri pada prosa di angkatan balai pustaka dan pujangga baru terlihat jelas bahwa ciri-cirinya sangat berbeda sekali yaitu kalau pada balai pustaka banyak terdapat digresi, pada angkatan pujangga baru justru sebaliknya yaitu tidak banyak terdapat digresi. Adapun ciri ekstra estetiknya adalah sebagai berikut:
  • Mengangkat kehidupan masyarakat kota, emansipasi, pekerjaan, individu manusia, dan lain-lain.
  • Ide nasionalisme dan cita cita kebangsaan sudah ada.
  • Bersifat didaktif (bermuatan, yaitu muatannya adalah membawa/berisi wacana nasionalisme).

Post a Comment

Luangkan sedikit waktu Anda untuk berkomentar. Komentar Anda sangat bermanfaat demi kemajuan blog ini. Berkomentarlah secara sopan dan tidak melakukan spam.