Dalam artikel ini kita akan membahas sebuah cerita pendek yang berjudul "Kakek Banu". Cerpen Kakek Banu merupakan cerita pendek tentang liburan yang dimuat dalam mata pelajaran bahasa indonesia kelas 6 sekolah dasar tema 9 halaman 125 dan 126. Bahasan yang akan kita lakukan terkait cerpen Kakek Banu yaitu latar belakang cerita, sinopsis, naskah cerita dan amanat cerita kakek banu.
1. Latar Belakang Cerita Kakek Banu
Cerpen "Kakek Banu" merupakan sebuah cerita pendek yang ditulis oleh Diana Karitas. Cerita Kakek Banu mengangkat tema tentang liburan dan menghargai waktu bersama keluarga. Cerita Kakek Banu mengisahkan tentang dua orang kakak beradik bernama Andi dan bayu yang sedang berlibur di rumah kakek neneknya bersama kedua orang tuanya.
2. Sinopsis Cerpen Kakek Banu
Singkatnya, ceita berjudul Kakek Banu menceritakan dimana pada saat liburan di rumah kakeknya, Andi dan bayu diminta untuk menemani Kakek Banu. Namun, Andi dan Bayu sibuk dengan permainan gawai yang mereka miliki. Kemudian kakek mereka menunjukkan hal-hal menarik dan menceritakan cerita yang kemudian membuat perhatian Andi dan Bayu teralihkan dari permainan gawai yang mereka miliki.
Andi dan Bayu pun lupa dengan permainan gawainya karena kakek terus bersemangat membuat cerita buat para cucunya. Sebenarnya ibu sudah menyuruh anak-anak untuk beristirahat, tetapi anak-anak tidak mau, dan kakek Banu pun menyuruh ibu untuk membiarkan anak-anak tersebut.
Kakek mengajak anak-anak pindah ke ruang keluarga sambil tetap meneruskan cerita. Anak-anak sambil tiduran di lantai yang sudah dilapisi karpet terus bersemangat mendengarkan cerita tersebut. Akhirnya anak-anak tertidur di ruang keluarga. Kakek Banu pun tersenyum bahagia.
3. Cerita Kakek Banu
Kakek Banu
Oleh Diana Karitas
“Andi! Bayu! Ayo kita kumpul di sini!” seru Kakek Banu mengajak Andi dan Bayu yang sedang asyik bermain gawai mereka di ruang tengah. Andi dan Bayu adalah kakak adik yang sedang berlibur ke rumah kakek neneknya bersama ayah dan ibunya.
“Ada apa, Kek? Mau apa di situ?” tanya Andi yang lebih tua, kepada kakeknya, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar gawainya.
“Cepatlah ke teras! Kakek ingin menunjukkan sesuatu kepadamu. Di sini sudah ada Ari dan Ika, nih,” seru Kakek dari teras rumahnya yang luas.
“Andi, Bayu! Dipanggil Kakek!” kata Ibu mengingatkan setelah dilihatnya kedua anak itu tidak juga menghiraukan panggilan kakeknya. “Kalian sudah janji untuk menemani Kakek, kan kali ini? Mengapa kalian sibuk sendiri dengan gawai itu dibanding menemani kakek? Kakek sudah lama tidak bertemu kalian, lho!” kata Ibu mengingatkan. Kedua adik beradik pun akhirnya meletakkan gawainya dan berjalan menemui kakeknya di teras
“Nah, gitu dong! Masa gawai lebih menarik daripada bulan purnama di atas sana? Sudah tiga kali bulan purnama, Ari dan Ika selalu bermain ke sini untuk mendengar cerita Kakek, lho!” jelas Kakek Banu. “Ari dan Ika juga biasanya bermain gawai seperti kalian, tapi sudah tiga kali mereka selalu datang ke sini meminta Kakek bercerita pada saat bulan purnama,” jelas Kakek lagi.
“Iya, Andi. Sejak Kakek kami meninggal empat bulan lalu, kami jadi sering bermain ke sini. Kakek Arya suka bercerita ketika bulan purnama tiba, biasanya di teras rumah kami. Nah, sekarang Kakek Banu bersedia bercerita juga untuk kami,” Ari menjelaskan.
“Wah, akan seru pasti cerita Kakek kalau banyak pendengarnya! Aku mau!” seru Bayu gembira, lupa akan permainan gawainya. Bayu pun segera mengambil tempat di sebelah Ika. Kini keempat bocah itu pun duduk setengah lingkaran mengelilingi Kakek yang duduk di kursi malasnya.
Kakek Banu mulai bercerita dengan bersemangat. Terkadang terdengar suaranya menirukan suara-suara binatang, petir, angin, kendaraan bermotor, berganti-gantian. Lalu terdengar suara anak-anak tertawa terbahak-bahak, lalu suara mereka menjerit ketakutan. Kelihatannya seru sekali.
Andi dan Bayu pun lupa dengan permainan gawainya. Sepertinya, mereka menikmati sekali cerita Kakek Banu. Beberapa kali mereka merengek meminta Kakek bercerita kembali. Ibu pun harus datang meminta anak-anak itu menunggu hingga esok hari untuk membiarkan Kakek Banu beristirahat.
“Ternyata seru sekali mendengar cerita Kakek, ya Kak! Lebih seru daripada permainan di gawai Kakak itu!” kata Bayu kepada kakaknya.
“Pastilah! Kakek kan jago bercerita. Lalu ada Ari dan Ika. Lalu, di saat bulan sedang purnama. Sempurna!” kata Andi senang. Ibu pun tersenyum dan meminta mereka segera tidur.
3.1 Amanat Cerita Kakek Banu
Amanat merupakan pesan yang disampaikan oleh penulis cerita kepada pembaca. Amanat cerita biasanya disampaikan oleh penulis cerita secara tersirat, namun terkadang amant cerita juga disampaikan secara tersurat oleh penulis.
Setelah membaca cerita pendek berjudul kakek banu tersebut, kita dapat memetik beberapa pelajaran berharga. Amanat yang bisa kita daptakan dari cerita kakek banu yaitu:
a. Kita harus patuh dan taat kepada kedua orang tua
Sebagai seorang anak kita harus berbakti kepada kedua orang tua kita. salah satu caranya yaitu dengan cara patuh dan menaati perintah yang deberikan oleh orang tua kita. Amanat untuk taat dan patuh kepada kedua orang tua dalam cerita Kake Banu terdapat pada penggalan kalimat berikut:
“Andi, Bayu! Dipanggil Kakek!” kata Ibu mengingatkan setelah dilihatnya kedua anak itu tidak juga menghiraukan panggilan kakeknya. ... Kedua adik beradik pun akhirnya meletakkan gawainya dan berjalan menemui kakeknya di teras.
b. Kita harus menepati janji yang telah dibuat
Janji adalah utang, begitulah sebuah peribahasa biasanya mengatakan. Jika kita sudah berjanji maka kita sebaiknya menepati janji tersebut. Mengabaikan janji yang sudah kita buat adalah sebuah perilaku tercela dan tidak baik untuk dilakukan. Di dalam ajaran agama Islam, orang yang suka ingkar janji termasuk kedalam ciri-ciri orang munafik. Amanat untuk menepati janji dalam cerpen Kakek Banu terdapat pada penggalan kalimat berikut:
“Andi, Bayu! Dipanggil Kakek!” kata Ibu mengingatkan setelah dilihatnya kedua anak itu tidak juga menghiraukan panggilan kakeknya. “Kalian sudah janji untuk menemani Kakek, kan kali ini? Mengapa kalian sibuk sendiri dengan gawai itu dibanding menemani kakek? Kakek sudah lama tidak bertemu kalian, lho!” kata Ibu mengingatkan. Kedua adik beradik pun akhirnya meletakkan gawainya dan berjalan menemui kakeknya di teras.
c. Kecanduan akan permainan gawai (handphone) tidaklah baik
Bermain gawai (Handphone) memang menjadi kebiasaan remaja Indonesia saat ini. Kehidpuan sehari-hari para remaja saat ini lebih sering tersita di depan layar handphone. Kondisi ini mengakibatkan para remaja menjadi kecanduan bermain gawainya. Amanat untuk tidak kecanduan bermain ponsel dalam cerpen kakek banu terletak pada penggalan kalimat berikut:
“Andi! Bayu! Ayo kita kumpul di sini!” seru Kakek Banu mengajak Andi dan Bayu yang sedang asyik bermain gawai mereka di ruang tengah.
“Ada apa, Kek? Mau apa di situ?” tanya Andi yang lebih tua, kepada kakeknya, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar gawainya.
Mengapa kalian sibuk sendiri dengan gawai itu dibanding menemani kakek? Kakek sudah lama tidak bertemu kalian, lho!” kata Ibu mengingatkan.
“Nah, gitu dong! Masa gawai lebih menarik daripada bulan purnama di atas sana? Sudah tiga kali bulan purnama, Ari dan Ika selalu bermain ke sini untuk mendengar cerita Kakek, lho!” jelas Kakek Banu. “Ari dan Ika juga biasanya bermain gawai seperti kalian, tapi sudah tiga kali mereka selalu datang ke sini meminta Kakek bercerita pada saat bulan purnama,” jelas Kakek lagi.
“Wah, akan seru pasti cerita Kakek kalau banyak pendengarnya! Aku mau!” seru Bayu gembira, lupa akan permainan gawainya.
Andi dan Bayu pun lupa dengan permainan gawainya. Sepertinya, mereka menikmati sekali cerita Kakek Banu.
“Ternyata seru sekali mendengar cerita Kakek, ya Kak! Lebih seru daripada permainan di gawai Kakak itu!” kata Bayu kepada kakaknya.
d. kita harus menikmati dan menghargai waktu yang kita miliki
Waktu yang telah kita lalui tidaklah dapat diulang kembali. Karenanya kita harus menghargai dan memanfaatkan waktu yang kita miliki saat ini dengan sebaik-baiknya. Amanat tentang menghargai waktu dalam cerita Kakek Banu terdapat pada kalimat berikut:
Mengapa kalian sibuk sendiri dengan gawai itu dibanding menemani kakek? Kakek sudah lama tidak bertemu kalian, lho!” kata Ibu mengingatkan. Kedua adik beradik pun akhirnya meletakkan gawainya dan berjalan menemui kakeknya di teras
“Iya, Andi. Sejak Kakek kami meninggal empat bulan lalu, kami jadi sering bermain ke sini. Kakek Arya suka bercerita ketika bulan purnama tiba, biasanya di teras rumah kami. Nah, sekarang Kakek Banu bersedia bercerita juga untuk kami,” Ari menjelaskan.
“Wah, akan seru pasti cerita Kakek kalau banyak pendengarnya! Aku mau!” seru Bayu gembira, lupa akan permainan gawainya. Bayu pun segera mengambil tempat di sebelah Ika. Kini keempat bocah itu pun duduk setengah lingkaran mengelilingi Kakek yang duduk di kursi malasnya.
Kakek Banu mulai bercerita dengan bersemangat. Terkadang terdengar suaranya menirukan suara-suara binatang, petir, angin, kendaraan bermotor, berganti-gantian. Lalu terdengar suara anak-anak tertawa terbahak-bahak, lalu suara mereka menjerit ketakutan. Kelihatannya seru sekali.
Itulah ulasan tentang cerita pendek berjudul Kakek Banu yang bertemakan tentang liburan dan kecanduan gawai. Jika kalian memiliki pertanyaan terkain cerpen Kakek Banu ini, silahkan tuliskan pertanyaan kalian di kolom komentar di bawah.