Hilangnya Istilah Periodisasi Sastra Indonesia Saat Ini

Bahasan artikel ini terdiri dari dua bahasan utama. Bahasan Pertama terkait dengan penjelasan mengapa saat ini tidak ada istilah periodisasi dalam perkembangan sastra Indonesia. Bahasan kedua berisikan uraian hilangnya dua periode sastra Indonesia dari tahun 80-an hingga sekarang.
Istilah Peridisasi Sastra

Hilangnya Periodisasi Sastra

Mengapa Saat ini tidak ada yang disebut periodisasi sastra indonesia? Periodisasi adalah pembabakan waktu yang digunakan untuk berbagai peristiwa. Periodisasi sangat dibutuhkan dalam penyusunan sejarah sastra.

Dalam satu periode sastra umumnya berjalan selama 10-15 tahun akan tetapi ketika satu periode berjalan disitu terdapat benih-benih munculnya periode yang baru. periodisasi hendaknya dibuat berdasarkan adanya ciri-ciri sastra khusus pada setiap periode.

Lalu ketika kita bertanya mengapa pada saat ini tidak ada periodisasi sastra, jawabanya adalah karena pada saat ini tidak ada ciri-ciri khusus yang paten pada penulisan karya sastra, lalu eksistensi para sastrawan dalam menulis karya sastra telah berkurang. Karena disamping periodisasi merupakan sebuah pembabakan pada karya sastra, periodisasi juga merupakan ciri-ciri khusus yang ada didalam sebuah periode.

Sastra Indonesia sempat mengalami mati suri yaitu pada tahuh 1990-an akan tetapi seiring dengan munculnya film Indonesia bangkit pada tahun 2002 yaitu film ada apa dengan cinta yang pertama disitu dibangkitkan kembali sebuah karya sastra yaitu sebuah buku “Aku” karya Suman Djaya di terbitkan lagi dan buku “Deru Campur Debu” karya Chairil Anwar yang juga diterbitkan kembali. Penerbitan kedua buku ini mengindikasikan mengenai kebangkitan sastra Indonesia.

Saat kita melihat pada saat ini banyak sekali penulis-penulis perempuan yang menulis sebuah karya sastra dalam selang waktu 5-15 tahun, tema yang diangkatnya tidaklah konsisten yang seharusnya pada satu periode terdapat satu buah tema yang tetap.

Pada saat ini terdapat banyak sekali tema, yaitu seperti tema islami dan perempuan seperti karya-karya yang dibuat oleh habibburahman el shirazy, dewi lestari, asmanadia dll. Dengan contoh karyanya yaitu “ayatayat cinta”, “ketika cinta bertasbih”, “emak ingin naik haji”. dan juga tema pendidikan sepeti pada novel “laskar pelangi” karya Andrea Hirata.

Hilangnya 2 Periode Sastra Indonesia dari tahun 80-an Hingga sekarang
Dari tahun 80-an sampai dengan sekarang ada dua periode yang hilang, mengapa? Pada saat sekarang mungkin tidak ada lagi yang namanya periodisasi sastra, seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa pada saat sekarang sudah tidak ada lagi periodisasi sastra bisa jadi karena dampak dari mati surinya sastra Indonesia ketika tahun 1990-an.

Lalu eksistensi sastrawan dalam menulis sebuah karya sastra juga berkurang, kemudian jumlah penerbitan buku yang berkurang juga. Dampaknya ketika kita lihat pada saat tahun 80-an sampai sekarang tahun 2019 terdapat dua periodisasi sastra yang menghilang.

Demikian ulasan artikel terkait hilangnya periodisasi dalam perkembangan sejarah sastra di Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kalian semua.

Post a Comment

Luangkan sedikit waktu Anda untuk berkomentar. Komentar Anda sangat bermanfaat demi kemajuan blog ini. Berkomentarlah secara sopan dan tidak melakukan spam.