Struktur Fisik Puisi Hujan Bulan Juni Supardi Djoko Damono

Unsur-unsur pembangun puisi yang terdiri atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur-unsur inilah yang dapat membangun puisi dari dalam dan dari luar sehingga sebuah puisi dapat menjadi indah.

Unsur intrinsik puisi adalah unsur yang terdapat di dalam karya sastra (puisi). Berdasarkan strukturnya, Unsur intrinsik puisi terbagi menjadi dua yaitu, unsur batin dan unsur fisik.

Unsur batin puisi terdiri atas empat unsur, yakni tema, rasa, nada, dan amanat. sedangkan Unsur Fisik terdiri atas lima unsur, yakni diksi, rima, tipografi, imaji, kata konkret, dan gaya bahasa.

Unsur Fisik Puisi Hujan Bulan Juni

Dalam artikel ini kita akan fokus pada bahasan unsur fisik puisi "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono.

Puisi Hujan Bulan Juni Karya Supardi Djoko Damomno

“Hujan Bulan Juni” adalah sebuah puisi yang ditulis sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono. “Hujan Bulan Juni” terlahir sebagai puisi, kemudian bertransformasi menjadi karya prosa atau novel dengan judul yang sama.

Puisi “Hujan Bulan Juni” sebelum bertransformasi menjadi novel lalu ditampilkan di layar lebar dengan medium film, sudah lebih dulu ditampilkan dengan iringan musik dalam bentuk musikalisasi puisi pada 1980-an. Sejak itu puisi Supardi Djoko Damono semakin dikenal luas di Indonesia. “Hujan Bulan Juni” selain karya sastra yang fenomenal juga di lingkungan perguruan tinggi menjadi bahan kajian pada mahasiswa dan ilmuwan.

Berikut ini puisi legendaris "Hujan Bulan Juni" dari Sapardi Djoko Damono yang diciptakan pada 1989.

Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu


Tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan Juni

dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu


Tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan Juni

dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu

Puisi “Hujan Bulan Juni” menciptakan gambaran tentang hujan yang turun pada bulan Juni, yang mengisyaratkan keindahan dan kelembutan cinta. Sapardi melukiskan suasana hujan di bulan Juni sebagai perwujudan dari perasaan cinta yang memancar dalam hati seseorang

Unsur Fisik Puisi Hujan Bulan Juni

Unsur fisik puisi terdiri atas lima unsur, yakni diksi, rima, tipografi, imaji, kata konkret, dan gaya bahasa.

1. Diksi Puisi Hujan Bulan Juni

Diksi adalah pilihan kata pada puisi. Fungsi diksi dalam puisi ada dua, yaitu fungsi estetis dan fungsi ekspresif. Fungsi estetis berarti diksi berguna sebagai unsur yang memperindah puisi. Sedangkan fungsi ekspresif berarti diksi berguna sebagai unsur yang membantu penyair mengungkapkan ekspresi yang dimiliki.

Diksi Puisi Hujan Bulan Juni dituliskan oleh Sapardi menggunakan pilihan kata yang lembut, yang menggambarkan kesabaran dan ketabahan. Kata pada setiap bait tersusun rapi dan tertata tanpa menghilangkan keindahan puisi itu sendiri.

2. Rima Puisi Hujan Bulan Juni

Rima adalah kesamaan nada atau bunyi. Rima tidak hanya bisa dijumpai pada akhir setiap larik atau baris puisi saja, tetapi bisa juga berada di antara setiap kata dalam baris.

Rima puisi Hujan Bulan Juni didominasi dengan akhiran yang berbunyi (i) dan (u). Iramanya teratur dan rapi karena ada pengulangan atau repetisi pada tiap bait. Baris ketiga dan keempat pada tiap bait mengandung repetisi.

3. Tipografi Puisi Hujan Bulan Juni

Tipografi adalah wujud estetik pada bentuk penulisan puisi. Secara umum, sering ditemukan puisi dalam bentuk baris, tetapi ada juga puisi yang disusun dalam bentuk fragmen-fragmen. Bahkan ada juga puisi yang ditulis dengan bentuk yang menyerupai apel, bentuk zig-zag, ataupun model lainnya.

Tipografi puisi Hujan Bulan Juni terdiri atas tiga bait. Masing-masing baitnya memuat empat baris. Setiap baris terdiri atas empat sampai lima kata. Tiap baris memuat kurang dari 12 suku kata.

4. Imaji (Pencitraan) Puisi Hujan Bulan Juni

Penyair juga sering menciptakan pengimajian atau pencitraan dalam puisinya. Imaji adalah kata atau rangkaian kata yang dapat memperjelas apa maksud dan tujuan penyair. Pengimajian dilakukan agar puisi mampu menggugah imajinasi pembaca melalui penginderaan.

Pencitraan dalam Puisi Hujan Bulan Juni menggunakan indera penglihatan dalam merangsang imaji pembacanya. Sapardi menuliskan mengenai ketabahan dengan analogi hujan. Ia mengamati apa yang terjadi ketika hujan turun dan mengaitkannya dengan suasana kebatinan.

5. Kata Konkret Puisi Hujan Bulan Juni

Kata konkret maksudnya adalah keinginan penyair untuk menggambarkan sesuatu secara lebih konkret atau berwujud. Oleh karena itu, dipilih kata-kata yang membuat segala hal terkesan dapat disentuh dan dibayangkan.

Berdasarkan identifikasi Kata konkrit pada Puisi Hujan Bulan Juni, tidak ada kata yang secara langsung mengarahkan pada panca indera penglihatan. Namun ada beberapa kata yang berhubungan dengan pencitraan secara keseluruhan.

Kata tersebut antara lain “tabah”, “bijak”, dan “arif”. Terdapat pada baris pertama tiap bait. Ketiganya mewakili penggambaran macam apa yang ingin disampaikan Sapardi.

6. Gaya Bahasa (Majas) Puisi Hujan Bulan Juni

Gaya bahasa adalah cara penyair menggunakan rangkaian kata dalam mengungkapkan sesuatu. Dalam sebuah puisi, gaya bahasa banyak dijumpai dalam bentuk rangkaian kata yang bersifat konotatif, berlebihan, bahkan terkesan merendahkan diri.

Umumnya, setiap penyair memiliki gaya bahasa tersendiri. Gaya bahasa dalam puisi dapat dilihat melalui majas-majas yang digunakan. Adapun jenis majas yang sering digunakan dalam puisi antara lain, majas personifikasi, majas metafora, majas eufemisme, bahkan tidak jarang penyair menggunakan majas ironi.

Majas / Gaya Bahasa Puisi Hujan Bulan Juni mengandung majas personifikasi. Personifikasi adalah penggambaran benda mati yang dikiaskan seolah hidup. Setiap bait berisi personifikasi dari “hujan” yang dipadankan dengan kata “tabah”, “bijak”, dan “arif”.

Padanan tersebut membuat hujan seolah memiliki nyawa dan berlaku layaknya manusia. Selain itu, pada bait terakhir terdapat kata “diserap akar” yang juga mengandung majas personifikasi.

Post a Comment

Luangkan sedikit waktu Anda untuk berkomentar. Komentar Anda sangat bermanfaat demi kemajuan blog ini. Berkomentarlah secara sopan dan tidak melakukan spam.