Pembahasan karakteristik estetik dan ekstra estetik sastra angkatan
45 terdiri dari tiga pokok bahasan. Pertama adalah ulasan singkat sastra
angkata 45. Kedua adalah ciri-ciri estetik sastra angkatan 45. Ketiga
adalah ciri-ciri ekstra estetik sastra angkatan 45 (1940-1955).
Sastra Angkatan 45
Angkatan
45 adalah angkatan yang muncul setelah berakhirnya Angkatan Pujangga
Baru. Angkatan ini terbentuk karena Angkatan Pujangga Baru dianggap
gagal menjalankan gagasannya.
Pujangga Baru yang semula memiliki gagasan baratisasi sastra Indonesia, nyatanya hanya mentok pada belandanisasi. Dengan kata lain, tokoh-tokoh atau karya-karya seni dan sastra yang diambil sebagai acuan dan sumber inspirasi hanya berasal dari negeri Belanda saja, bukan dari penjuru Barat.
Untuk meluruskan persepsi tersebut, muncullah Angkatan 45 sebagai gantinya. Munculnya angkatan 45 dipelopori oleh Chairil Anwar yang mulai masuk pada ranah sastra Indonesia dengan menampilkan sajak-sajak yang bernilai tinggi memberikan sesuatu yang baru bagi dunia sastra tanah air.
Bahasa yang dipergunakannya adalah bahasa Indonesia yang berjiwa. Bukan lagi bahasa buku, melainkan bahasa percakapan sehari-hari yang dibuatnya bernilai sastra. Dengan munculnya kenyataan itu, maka banyaklah orang yang berpendapat bahwa suatu angkatan kesusateraan baru telah lahir. Berikut ini ciri-ciri struktur estetik dan ekstra estetik sastra Angkatan 45 yang dibedakan menjadi puisi dan prosa.
- Puisi bebas, tak terikat pembagian bait, jumlah baris, dan rima
- Gayanya Ekspresionisme
- Aliran dan Gaya Realisme
- Pilihan diksi untuk mencerminkan pengalaman batin
- Bahasa kiasan menggunakan Metafora dan Simbolik
- Gaya pernyataan pemikiran berkembang (Sloganisme)
- Gaya Ironi dan Sinisme menonjol
2. Prosa
- Banyak alur sorot balik
- Tidak ada digresi, alurya padat
- Analisis fisik tdk dipentingkan, yang ada analisis kejiwaan
- Gaya ironi dan sinisme makin banyak digunakan
- Gaya realisme dan Naturalisme (mimetik)
Pujangga Baru yang semula memiliki gagasan baratisasi sastra Indonesia, nyatanya hanya mentok pada belandanisasi. Dengan kata lain, tokoh-tokoh atau karya-karya seni dan sastra yang diambil sebagai acuan dan sumber inspirasi hanya berasal dari negeri Belanda saja, bukan dari penjuru Barat.
Untuk meluruskan persepsi tersebut, muncullah Angkatan 45 sebagai gantinya. Munculnya angkatan 45 dipelopori oleh Chairil Anwar yang mulai masuk pada ranah sastra Indonesia dengan menampilkan sajak-sajak yang bernilai tinggi memberikan sesuatu yang baru bagi dunia sastra tanah air.
Bahasa yang dipergunakannya adalah bahasa Indonesia yang berjiwa. Bukan lagi bahasa buku, melainkan bahasa percakapan sehari-hari yang dibuatnya bernilai sastra. Dengan munculnya kenyataan itu, maka banyaklah orang yang berpendapat bahwa suatu angkatan kesusateraan baru telah lahir. Berikut ini ciri-ciri struktur estetik dan ekstra estetik sastra Angkatan 45 yang dibedakan menjadi puisi dan prosa.
Ciri-Ciri Estetik Sastra Angkatan 45
1. Puisi- Puisi bebas, tak terikat pembagian bait, jumlah baris, dan rima
- Gayanya Ekspresionisme
- Aliran dan Gaya Realisme
- Pilihan diksi untuk mencerminkan pengalaman batin
- Bahasa kiasan menggunakan Metafora dan Simbolik
- Gaya pernyataan pemikiran berkembang (Sloganisme)
- Gaya Ironi dan Sinisme menonjol
2. Prosa
- Banyak alur sorot balik
- Tidak ada digresi, alurya padat
- Analisis fisik tdk dipentingkan, yang ada analisis kejiwaan
- Gaya ironi dan sinisme makin banyak digunakan
- Gaya realisme dan Naturalisme (mimetik)
Ciri-Ciri Ekstra Estetik Sastra Angkatan 45
1. Pusi- Individualisme menonjol
- Ekspresi kehidupan batin/kejiwaan
- Humanisme universal
- Masalah masyarakat; kaya vs miskin
- Filsafat ekstensialisme mulai dikenal
2. Prosa
- Mengemukakan masalah kemasyarakatan
- Mengemukakan masalah kemanusiaan
- Pandangan hidup pribadi (Pengarang)
- Latar cerita; peperangan, kehidupan sehari-hari
- Pandangan hidup pribadi (Pengarang)
- Latar cerita; peperangan, kehidupan sehari-hari