Ciri Estetik dan Ekstra Estetik Sastra Angkatan 70-Sekarang

Artikel karakteristik ciri-ciri estetik dan ekstra estetik sastra angkatan 70-sekarang ini terdiri dari tiga bahasan. Pertama yaitu membahas sejarah sastra Indonesia angkatan 70. Kedua adalah membahas ciri-ciri estetik puisi dan prosa sastra angkatan 70. Ketiga adalah membahas ciri-ciri ekstra estetik puisi dan prosa sastra angkatan 70.
Karakteristik Estetik dan Ekstra Estetik Sastra Angkatan 70-Sekarang

Sastra Angkatan 70-Sekarang

Sastrawan yang menulis dalam periode ini sebenarnya sudah berkarya sejak periode sebelumnya, tapi sudah mengalami perkembangan dalam rangkaian sejarah sastra. Selain lahir karya sastra yang bernilai sastra, banyak pula novel pop yang secara literer tidak menunjukkan adanya perkembangan sastra sebab boleh dikata bercorak konvensional dan stereotipe.

Pada masa ini karya sastra berperan untuk membentuk pemikiran tentang keindonesiaan setelah mengalami kombinasi dengan pemikiran lain, seperti budaya. Ide, filsafat, dan gebrakan-gebrakan baru muncul di era ini, beberapa karya keluar dari paten dengan memperbincangkan agama dan mulai bermunculan kubu-kubu sastra populer dan sastra majalah. Pada masa ini pula karya yang bersifat absurd mulai tampak.

Di sekitar tahun 1980-1990 banyak penulis penerbit yang terkenal sampai sekarang adalah Indonesia yang berbakat, tetapi sayang karena mereka dilihat dari kacamata ideologi suatu penerbit. Salah satu Gramedia. Gramedia merupakan penerbit yang memperhatikan sastra dan membuka ruang untuk semua jenis sastra sehingga penulis Indonesia senantiasa memiliki kreativitas dengan belajar dari berbagai paten karya, baik itu karya populer, kedaerahan, maupun karya urban.

Ciri-ciri Estetik Sastra Angkatan 70

Pusi
  • Terdapat empat jenis puisi; puisi mantra, puisi imagisme, puisi lugu, dan puisi lirik biasa.
  • Puisi mantra menggunakan sarana kepuitisan; ulangan kata, frase, kalimat berupa paralelisme, kombinasi hiperbola dgn. Enumerasi, tipografi yg sugestif, kata-kata nonsense, kata-kata diputus, metatesis.
  • Menggunakan kata-kata daerah secara mencolok untuk memberi warna lokal dan ekspresivitas.
  • Asosiasi-asosiasi bunyi untuk mendapatkan makna baru.
  • Puisi imagisme menggunakan teknik tak langsung berupa gambaran (imaji) dengan lukisan atau cerita kiasan (alegori dan parabel).
  • Gaya penulisan yang prosais.
  • Puisi lugu menggunakan teknik pengungkapan ide secara polos, kata-kata selebral, kalimat biasa atau polos.

Prosa
  • Alur berbelit-belit;
  • Gaya bahasa simbolik;
  • Sarana retorika hiperbola dominan;
  • Pusat pengisahan bermetode orang ketiga romatik-ironik;
  • Cerkan (cerita rekaan) bergaya esai, bermetode orang ketiga, mengemukakan tanggapan-tanggapan pribadi terhadap masalah-masalah;

Ciri-ciri Ekstra Estetik Sastra Angkatan 70

Pusi
  • Mengemukakan kehidupan batin religius yang cenderung mistik
  • Cerita, lukisan yang bersifat alegoris atau parabel
  • Menuntut hak-hak asasi manusia: kebebasan, hidup merdeka, bebas dr. penindasan, menuntut kehidupan yg layak.
  • Mengemukakan kritik sosial atas kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah dan kritik atas penyelewengan.

Prosa
  • Eksploitasi kehidupan manusia (individu & komunal)
  • Mengemukakan kehidupan yg absurd
  • Mengemukakan filsafat eksistensialisme
  • Mengedepankan warna lokal (subkultur), lokalitas budaya lokal
  • Tuntutan atas HAM

Post a Comment

Luangkan sedikit waktu Anda untuk berkomentar. Komentar Anda sangat bermanfaat demi kemajuan blog ini. Berkomentarlah secara sopan dan tidak melakukan spam.