Artikel kali ini akan membahas tentang sebuah puisi berjudul "Karangan Bunga" karya Taufik Ismail. Puisi Karangan Bunga Taufik ismail merupakan salah satu karya sastra ciptaan Taufik Ismail yang cukup populer. Terlepas dari kepopuleran yang dimiliki Puisi Karangan Bunga, Taufik ismail juga menyisipkan beberapa pesan moral yang bisa dipetik dalam Puisi Karangan Bunga untuk para pendengarnya.
Isi bahasan artikel diarahkan untuk membahas tentang Makna Puisi Karangan Bunga Taufik Ismail. Analisis makna puisi karangan bunga bertujuan untuk mengetahui apa Maksud Puisi Karangan Bunga Taufik Ismail.
Maksud puisi karangan bunga karya taufik ismail dapat kita identifikasi melalui bentuk Tipografi Penulisan Puisi Karangan Bunga, Latar Belakang Puisi Karangan Bunga, serta melalui Makna Simbolik Pita Hitam Dalam Karangan Bunga.
1. Puisi Karangan Bunga Karya Taufik Ismail
Karangan Bunga
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke salemba
Sore itu.
“Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi.”
2. Maksud Puisi Karangan Bunga
Secara singkat, maksud puisi karangan bunga adalah untuk mengigatkan kepada kita semua untuk menghormati serta mengenang perjuangan dan jasa para pahlawan yang telah berkorban demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Makna puisi karangan bunga tersbut dapat diketahui setalah mengidentifikasi puisi karangan bunga secara mendalam. Maksud puisi karangan bunga dapat diidentifikasi setelah membedah tipografi, latar belakang, dan makna simboliknya. berikut uraian makna puisi Karangan Bunga karya Taufik Ismail.
2.1 Tipografi Penulisan Puisi Karangan Bunga
Dari tipografi puisi karangan bunga, nampak jelas bahwa bentuk karangan di atas adalah puisi. Tema yang diungkapkan juga menunjukan struktur tematik puisi, karena tulisan di atas tidak menunjukan uraian yang berkesenimbungan seperti di dalam prosa.
Baris-baris yang diciptakan bukan kesatuan sintaktik, namun baris-baris yang intens (terkonsetrasikan). Setelah membaca puisi tersebut, akan timbul pertanyaan dalam hati kita, yakni: mengapa bunga, ini arti harfiah ataukah arti lambang?
Kata-kata: anak kecil, malu-malu, salemba, sore, ditembak mati, siang tadi, dan sebagainya, apakah menunjukan makna lugas ataukah makna kias?
Secara keseluruhan struktur tematik sebuah puisi Nampak dalam karya atas. Ciri-ciri khas puisi dalam struktur tematiknya kita dapati dalam penempatan makna kata-katanya yang disamping menampilkan makna lugas dapat diurut makna kias atau makna lambangnya.
2.2 Latar Belakang Puisi Karangan Bunga
Puisi di atas membicarakan peristiwa demontrasi mahasiswa pada tahun 1966 menentang Orde Lama. Tiga anak kecil memawakili golongan manusia lemah yang masih suci dan murni hatinya, yang sebenarnya belum tahu apa-apa tentang peristiwa demonstrasi itu.
Walau hanya menyebutkan anak kecil yang belum tahu apa-apa dan hanya berjumlah tiga orang. Namun, mereka bertiga sudah mampu nyatakan duka cita terhadap gugurnya mahasiswa yang ditembak mati oleh penguasa pada waktu itu. Karenanya ketiga anak kecil itu membawa karangan bunga dengan langkah malu-malu.
a. Latar tempat
Puisi ini mengambil lokasi di Kampus UI Salemba, yang merupakan basis mahasiswa dalam mencanangkan aksi demonstrasinya menuntut Presiden Soekarno
b. Latar waktu
Ada dua latar waktu yang tersurat dalam puisi ini. Yang pertama adalah waktu sore hari dimana semua orang telah berkumpul di Salemba untuk berkabung, berduka atas meninggalnya Alm. Arief Rahman Hakim. Yang kedua adalah latar waktu di siang hari saat terjadi penembakan oleh pasukan Tjakrabirawa.
c. Latar suasana
Jelas tergambar suasana sedih dan berkabung dalam puisi ini. Suasana ini semakin jelas saat tiga anak kecil ini memberikan karangan bunga yang berpita hitam dan saat disebutkan bahwa ‘kakak’ tersebut mati ditembak
2.3 Makna Simbolik Puisi Karangan Bunga
Cukup banyak simbolisme yang digunakan di dalam puisi ini meskipun puisi ini tidak terlalu panjang. Dari judul saja ‘Karangan Bunga’ sudah menggambarkan duka yang terjadi dibalik penulisan puisi ini. Beberpa makna simbolik lainnya yang digunakan Taufik ismali dalam puisi karangan bunga yaitu simbol Pita Hitam dalam Karangan Bunga dan simbol tiga anak kecil membawa karangan bunga ke Salemba.
a. Pita Hitam dalam Karangan Bunga
Tanda kedukaan dilambangkan dengan “pita hitam pada karangan bunga”. Penggambaran suasana kedukaan melalui tiga anak kecil lebih menyentuh hati pembaca puisi karangan bunga. ‘Pita hitam pada karangan bunga’ mewakili suasana duka yang ada.
Seperti yang kita telah ketahui, saat seseorang meninggal pasti akan banyak karangan bunga duka cita yang diantar ke kediaman orang yang meninggal tersebut. Warna ‘hitam’ disini sengaja dipilih untuk mewakili kesedihan yang ada, sebab warna hitam merupakan simbol warna universal yang mewakili kesedihan, kehilangan, dan kepedihan.
b. Tiga Anak Kecil
Berikutnya adalah penggunaan subyek ‘Tiga anak kecil’ yang digunakan untuk mewakili pihak-pihak tak bersalah dan tak tahu-menahu akan apa yang diketahui oleh mahasiswa-mahasiswa pendemo ini. Akan tetapi ‘tiga anak kecil’ ini mengerti tragedi apa yang sedang terjadi, yaitu penembakan. Kata ‘malu-malu’ yang digunakan pun semakin menegaskan kenaifan dan kepolosan anak-anak tersebut.
Di sisi lain, pembaca tentu tidak akan percaya bahwa suasana yang dilukiskan dalam puisi karangan bunga itu menggambarkan kenyataan. Sebab di tengah-tengah demonstrasi mahasiswa saat itu tidak mungkin ada “tiga anak kecil membawa karangan bunga ke Salemba”. Jadi semua pernyataan ini bermakna kias dan melambangkan sesuatu maksud yang hendak dikemukakan oleh penyair.
c. Kakak
Alm. Arief Rahman Hakim disebut sebagai ‘Kakak’ di dalam puisi ini seakan-akan Arief adalah kakak kandung mereka sendiri. Hal ini menggambarkan kedekatan emosional anak-anak tersebut dengan Arief, bahwa apa yang dilakukan Arief adalah tindakan yang lumrah dilakukan seorang kakak untuk melindungi adik-adiknya dari kesengsaraan yang mereka alami.
d. Siang Tadi
Terakhir adalah simbol ‘siang tadi’ yang mewakili kejadian yang terjadi di siang hari sebelumnya, yaitu insiden penembakan mahasiswa oleh pasukan Tjakrabirawa di Istana Presiden. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peristiwa ini terjadi karena adanya demonstrasi mahasiswa yang menuntut Tritura.